
Optimisme Damai Dagang AS-China Bawa Bursa Saham Asia Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 January 2019 09:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei naik 1,96%, indeks Shanghai naik 0,55 %, indeks Hang Seng naik 1,52%, indeks Strait Times naik 1,37%, dan indeks Kospi naik 1,19%.
Optimisme terkait damai dagang AS-China membuat investor begitu gencar memburu insturmen berisiko seperti saham. Pada hari ini dan besok (8/1/2019), perundingan tingkat wakil menteri terkait dengan isu-isu perdagangan akan digelar di Beijing.
Pelaku pasar menaruh harapan besar bahwa negosiasi ini akan membawa kedua negara satu langkah lebih dekat kepada damai dagang secara permanen. Maklum, perang dagang yang selama ini berkecamuk antar keduanya terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing, walaupun China nampak menderita kerugian yang lebih besar.
Hal ini terlihat oleh rilis data ekonomi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut. Manufacturing PMI periode Desember 2018 versi Caixin diumumkan di level 49,7, turun dari capaian bulan November yang sebesar 50,2. Capaian ini juga berada di bawah konsensus yang sebesar 50,1, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sebagai informasi, data tersebut menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di China dan angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kontraksi pada bulan Desember merupakan yang pertama dalam 19 bulan, seperti dilansir dari CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Optimisme terkait damai dagang AS-China membuat investor begitu gencar memburu insturmen berisiko seperti saham. Pada hari ini dan besok (8/1/2019), perundingan tingkat wakil menteri terkait dengan isu-isu perdagangan akan digelar di Beijing.
Pelaku pasar menaruh harapan besar bahwa negosiasi ini akan membawa kedua negara satu langkah lebih dekat kepada damai dagang secara permanen. Maklum, perang dagang yang selama ini berkecamuk antar keduanya terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing, walaupun China nampak menderita kerugian yang lebih besar.
Sebagai informasi, data tersebut menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di China dan angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kontraksi pada bulan Desember merupakan yang pertama dalam 19 bulan, seperti dilansir dari CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular