
Rupiah Standout!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 January 2019 08:31

Tidak hanya di Asia, dolar AS juga teraniaya di level global. Pada pukul 08:12, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,07%.
Dolar AS tertekan gara-gara komentar Jerome 'Jay Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed. Akhir pekan lalu, sang The Fed-1 menyatakan bank sentral bisa saja mengubah posisi (stance) kebijakan moneter untuk menyesuaikan dengan situasi terkini.
"Kami akan sabar memantau perkembangan perekonomian. Kami selalu siap untuk mengubah stance kebijakan dan mengubahnya secara signifikan," ungkap Powell di depan forum American Economic Association, dikutip dari Reuters.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh 2,5% tahun ini. Melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 2,7%. Data-data ekonomi di AS sudah mengarah ke sana.
US Bureau of Labor Statistics merilis angka pengangguran Desember 2018 yang sebesar 3,9%. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,7%.
Kemudian angka Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur AS versi ISM pada Desember 2018 tercatat 54,1. Angka ini menjadi yang terendah sejak November 2016.
Untuk PMI versi IHS Markit, angka pada bulan lalu adalah 53,8. Ini merupakan laju paling lambat sejak September 2017.
Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali sepanjang 2019, lebih sedikit dibandingkan kenaikan tahun sebelumnya yang mencapai empat kali. Namun dengan data-data ekonomi AS yang melempem, ditambah pernyataan terbaru dari Powell, bisa jadi dosis kenaikan Federal Funds Rate tahun ini dikurangi. Bahkan ada kemungkinan suku bunga acuan diturunkan.
Melihat potensi The Fed yang kurang hawkish bahkan mungkin mengarah ke dovish, dolar AS pun mundur teratur. Tanpa kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di AS tidak lagi menarik sehingga investor berbondong-bondong menjual mata uang Negeri Paman Sam.
Dana-dana ini kemudian hinggap ke Asia, termasuk Indonesia. Akibatnya, rupiah mampu membukukan penguatan yang meyakinkan, bahkan menjadi yang terbaik di Asia.
Kemudian, investor juga sedang berbunga-bunga karena menantikan kabar gembira dari Beijing. Hari ini, delegasi AS akan berunding dengan China seputar isu-isu perdagangan.
Pertemuan tersebut sudah sangat dinantikan oleh pelaku pasar sejak akhir pekan lalu, dan menjadi angin surga yang menyejukkan pasar keuangan dunia. Oleh karena itu, investor akan memantau perkembangan dalam pertemuan ini.
Apabila ada sinyal-sinyal positif yang mengarah ke damai dagang AS-China, maka pasar keuangan Asia akan kembali melesat. Kabar baik dari Beijing sepertinya akan menjadi hal yang sangat dinantikan pelaku pasar hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Dolar AS tertekan gara-gara komentar Jerome 'Jay Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed. Akhir pekan lalu, sang The Fed-1 menyatakan bank sentral bisa saja mengubah posisi (stance) kebijakan moneter untuk menyesuaikan dengan situasi terkini.
"Kami akan sabar memantau perkembangan perekonomian. Kami selalu siap untuk mengubah stance kebijakan dan mengubahnya secara signifikan," ungkap Powell di depan forum American Economic Association, dikutip dari Reuters.
US Bureau of Labor Statistics merilis angka pengangguran Desember 2018 yang sebesar 3,9%. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 3,7%.
Kemudian angka Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur AS versi ISM pada Desember 2018 tercatat 54,1. Angka ini menjadi yang terendah sejak November 2016.
Untuk PMI versi IHS Markit, angka pada bulan lalu adalah 53,8. Ini merupakan laju paling lambat sejak September 2017.
Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali sepanjang 2019, lebih sedikit dibandingkan kenaikan tahun sebelumnya yang mencapai empat kali. Namun dengan data-data ekonomi AS yang melempem, ditambah pernyataan terbaru dari Powell, bisa jadi dosis kenaikan Federal Funds Rate tahun ini dikurangi. Bahkan ada kemungkinan suku bunga acuan diturunkan.
Melihat potensi The Fed yang kurang hawkish bahkan mungkin mengarah ke dovish, dolar AS pun mundur teratur. Tanpa kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di AS tidak lagi menarik sehingga investor berbondong-bondong menjual mata uang Negeri Paman Sam.
Dana-dana ini kemudian hinggap ke Asia, termasuk Indonesia. Akibatnya, rupiah mampu membukukan penguatan yang meyakinkan, bahkan menjadi yang terbaik di Asia.
Kemudian, investor juga sedang berbunga-bunga karena menantikan kabar gembira dari Beijing. Hari ini, delegasi AS akan berunding dengan China seputar isu-isu perdagangan.
Pertemuan tersebut sudah sangat dinantikan oleh pelaku pasar sejak akhir pekan lalu, dan menjadi angin surga yang menyejukkan pasar keuangan dunia. Oleh karena itu, investor akan memantau perkembangan dalam pertemuan ini.
Apabila ada sinyal-sinyal positif yang mengarah ke damai dagang AS-China, maka pasar keuangan Asia akan kembali melesat. Kabar baik dari Beijing sepertinya akan menjadi hal yang sangat dinantikan pelaku pasar hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular