Dolar AS Lengser Keprabon, Rupiah Menguat Hampir 2%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 January 2019 08:54
Investor Cari Aman, Tapi Bukan ke Dolar AS
Ilustrasi Money Changer (REUTERS/Johannes P. Christo)
Faktor lain yang menyebabkan terpelesetnya dolar AS adalah pandangan investor bahwa perlambatan ekonomi bukan monopoli AS. Perlambatan ekonomi juga terjadi di belahan dunia lain. 

Angka PMI China versi Caixin pada Desember 2018 tercatat 49,7, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,2. Angka di bawah 50 berarti pelaku usaha tengah pesimistis.  

Kemudian dari Korea Selatan, PMI versi Nikkei/Markit pada periode yang sama tercatat 49,8. Turun dibandingkan November 2018 yang sebesar 49,9. Lagi-lagi ada aura pesimisme di kalangan dunia usaha Negeri Ginseng. 

Sedangkan angka PMI versi Nikkei/Markit untuk Malaysia edisi Desember 2018 berada di 46,8. Tidak hanya menunjukkan pesimisme, tetapi angka itu menjadi catatan terendah sejak survei PMI dimulai pada 2012.  

Sementara angka PMI Taiwan versi Nikkei pada Desember berada di 47,7, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 48,4. Angka ini menjadi yang terendah sejak September 2015.

Lalu di Singapura, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 adalah 2,2% secara tahunan (year-on-year/YoY). Jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 3,2% YoY.   

Angka PMI manufaktur di India versi IHS Markit pada Desember tercatat 53,2. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 54. 

Kemudian penjualan properti di Thailand juga diperkirakan tumbuh melambat. Mengutip Bangkok Post, Real Estate Information Center (REIC) Thailand memperkirakan pertumbuhan penjualan properti residensial di wilayah Bangkok Raya pada semester I-2019 sebesar 4,5%. Berada di bawah rata-rata semester-I selama 5 tahun terakhir yaitu 4,6%. 

Sedangkan penjualan ritel di Hong Kong pada November 2018 hanya tumbuh 1,4% YoY. Jauh melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 5,9%. Pertumbuhan November juga menjadi yang terlemah sejak Juni 2017. 

Di Eropa, laju inflasi Zona Euro pada November 2018 direvisi ke bawah dari 2% menjadi 1,9%. Ini menunjukkan adanya perlambatan permintaan di Benua Biru. 

Berbagai data ekonomi yang tidak enak tersebut membuat investor bermain aman. Namun tidak seperti biasanya, bermain aman bukan berarti investor berpaling ke dolar AS. Saat ini, yen Jepang menjadi safe haven aset favorit investor. 


Tekanan terhadap dolar AS pun bertambah, dan ini mampu dimanfaatkan oleh mata uang Asia. Termasuk rupiah, yang bahkan mampu menjadi yang terbaik di Benua Kuning.  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular