Mendekati Damai Dagang AS-China, Emas Sedikit Tertekan

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
04 January 2019 18:23
Hingga sore hari ini (4/12/2019) pukul 17:30 WIB, harga emas kembali melemah sebesar 0,17% di posisi US$ 1.292,5/troy ounce (oz).
Foto: Dok Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga sore hari ini (4/12/2019) pukul 17:30 WIB, harga emas kembali melemah sebesar 0,17% di posisi US$ 1.292,5/troy ounce (oz). Pelemahan hari ini terjadi setelah sempat menguat 0,83% di di level US$ 1.294,8/oz pada penutupan perdagangan hari Kamis (3/1/19). 

Meskipun saat ini melemah tipis, harga emas dunia sebenarnya menguat 0,84% selama sepekan secara point-to-point (ctc).



Kegaduhan perang dagang AS-China sebenarnya sudah banyak mendongkrak harga logam mulia ini. Karena, di tengah gejolak ketidakpastian, emas dilirik sebagai salah satu pelindung nilai karena nilainya yang relatif tidak banyak bergerak.

Ketegangan yang dipicu oleh pemberlakuan bea impor baru AS terhadap produk-produk asal Tiongkok membuat seluruh dunia ikut merasakan dampaknya. Pasalnya kedua negara tersebut merupakan kekuatan ekonomi terbesar dunia saat ini. Alhasil melambatnya arus perdagangan antara AS-China membuat rantai dagang negara-negara mitra dagang yang lain (hampir seluruh dunia) ikut terhambat.

Melambatnya perekonomian dunia makin terlihat nyata mulai kuartal III-2018. Pada saat itu, pertumbuhan eknonomi mayoritas negara di dunia mencatatkan perlambatan. Hal ini menyusul gejala perlambatan aktifitas di sektor manufaktur dunia yang mayoritas juga terkontraksi. Terlebih lagi menjelang akhir tahun, makin banyak prediksi-prediksi tentang perlambatan perekonomian dunia.

Pada kuartal IV-2018 ekonomi China diperkirakan jatuh ke bawah 6,5%. Hal ini diakibatkan banyaknya perusahaan yang mengalami kesulitan akibat adanya perang dagang Amerika Serikat-China.

"Tren perlambatan ekonomi masih berlanjut, bahkan momentum perlambatan terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi kuartal empat sangat mungkin ke bawah 6,5%," demikian bunyi majalah China Finance terbitan bank sentral China, People's Bank of China, dilansir dari Reuters, Rabu (2/1/2019).

Tak hanya di China, perlambatan ekonomi juga mengantui pasar global. Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini di kisaran 3,7%, dan tahun depan melambat menjadi 3,5%. Sedangkan ekonomi AS tahun ini diramal tumbuh 2,9% sebelum melambat ke 2,7% tahun depan. 

Terlebih lagi, sepanjang tahun 2018, bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 4 kali, atau 100 basis poin. The Fed beralasan hal tersebut untuk menahan laju perkonomian Amerika yang tumbuh sangat kencang. Naiknya suku bunga AS membuat dollar mengalir deras ke negri paman sam tersebut, karena imbal hasil dari obligasi yang makin besar. Terbukti dengan perkasanya dolar di tahun 2018 yang diperlihatkan oleh Dollar Index (DXY) yang naik 4,4% sepanjang tahun (YoY).



Namun pada tahun 2019, pelaku pasar memprediksi bahwa The Fed tidak akan hawkish lagi. Bahkan 73% dari konsensus pasar yang dihimpun oleh CMA percaya The Fed tidak akan menaikkan suku bunga sama sekali. Bila hal ini benar terjadi, maka tahun ini dolar tidak akan seperkasa tahun 2018, yang membuat emas semakin dilirik.

Namun demikian, sepertinya pasar masih melihat 'harapan' pada perkonomian dunia tahun ini. Kemesraan yang mulai diperlihatkan Washington-Beijing sepekan terakhir sedikit membuat tenang investor.

Mendekati akhir tahun presiden Donald Trump berkomunikasi dengan presiden Xi Jinping melalui telepon yang mengisyaratkan hubungan yang baik."Baru saja melakukan pembicaraan yang panjang dan sangat baik dengan Presiden Xi dari China. Kesepakatan berjalan dengan sangat baik. Jika dibuat, itu akan sangat komprehensif, mencakup semua subjek, bidang dan titik perselisihan. Kemajuan besar sedang dibuat!" tulis Trump dalam akun Twitter miliknya, Sabtu (29/12) waktu AS.

Ditambah lagi rencana pertemuan delegasi China dengan AS yang akan berlangsung pada 7-8 Januari 2019 di Beijing mengisyaratkan damai dagang benar-benar bisa terwujud. Gambaran tentang membaiknya perekonomian dunia, membuat harga emas sedikit tertekan.

Sebab pasar akan lebih tergiur untuk menaruh uangnya dalam instrumen beresiko saat kondisi perekonomian kondusif demi meraup untung yang maksimal.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(taa/wed) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular