
Damai Dagang dan Campur Tangan BI Antar Rupiah Rajai Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 January 2019 16:49

Angin segar memang tengah bertiup ke Asia. Sumbernya dari China, terkait hubungan yang semakin mesra dengan AS. Mengutip Reuters, AS dan China dikabarkan akan melangsungkan pertemuan di Beijing pada 7-8 Januari.
Kedua negara akan berdialog mengenai isu-isu perdagangan, menindaklanjuti hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal bulan lalu. Di sela-sela KTT G20 tersebut, Trump dan Xi menyepakati 'gencatan senjata' selama 90 hari.
"Delegasi AS yang dipimpin oleh Wakil Perwakilan Dagang Jeffrey Gerrish akan mengunjungi China untuk melakukan diskusi yang positif dan konstruktif dengan pemerintah China," sebut keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China.
Selepas pertemuan Trump-Xi di Buenos Aires, hubungan Washington-Beijing memang semakin mesra. Pertemuan di Beijing pekan depan diharapkan menjadi pembuka jalan menuju damai dagang, sesuatu yang saat diimpikan oleh pelaku pasar.
Akibatnya sikap risk aversion pun sirna, dan investor berbondong-bondong masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang, tidak kecuali ke Indonesia. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 392,97 miliar yang mengantar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,86%. Arus modal ini memberi sumbangsih kepada penguatan rupiah.
Selain itu, faktor domestik juga berperan membuat rupiah perkasa. Bank Indonesia mengakui bahwa ada intervensi di pasar Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF).
"BI memberikan ruang yang besar bagi penguatan rupiah lebih lanjut," tutur Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI.
Intervensi BI membuat permintaan terhadap rupiah meningkat. Akibatnya rupiah pun menguat signifikan dan menjadi yang terbaik di Asia. Rupiah memberikan kado akhir pekan yang manis buat Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Kedua negara akan berdialog mengenai isu-isu perdagangan, menindaklanjuti hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal bulan lalu. Di sela-sela KTT G20 tersebut, Trump dan Xi menyepakati 'gencatan senjata' selama 90 hari.
"Delegasi AS yang dipimpin oleh Wakil Perwakilan Dagang Jeffrey Gerrish akan mengunjungi China untuk melakukan diskusi yang positif dan konstruktif dengan pemerintah China," sebut keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China.
Akibatnya sikap risk aversion pun sirna, dan investor berbondong-bondong masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang, tidak kecuali ke Indonesia. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 392,97 miliar yang mengantar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,86%. Arus modal ini memberi sumbangsih kepada penguatan rupiah.
Selain itu, faktor domestik juga berperan membuat rupiah perkasa. Bank Indonesia mengakui bahwa ada intervensi di pasar Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF).
"BI memberikan ruang yang besar bagi penguatan rupiah lebih lanjut," tutur Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI.
Intervensi BI membuat permintaan terhadap rupiah meningkat. Akibatnya rupiah pun menguat signifikan dan menjadi yang terbaik di Asia. Rupiah memberikan kado akhir pekan yang manis buat Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular