
Berkat China dan Bank Indonesia, Rupiah No 1 di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 January 2019 12:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat dengan meyakinkan di perdagangan pasar spot akhir pekan ini. Faktor eksternal dan domestik menjadi penopang keperkasaan rupiah.
Pada Jumat (4/1/2019) pukul 12:21 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.270 di pasar spot. Rupiah menguat 0,94% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
Membuka hari, rupiah sudah menguat 0,21%. Penguatan rupiah semakin tajam seiring perjalanan pasar dan kini nyaris menyentuh 1%.
Rupiah bergerak searah dengan mata uang Asia yang mayoritas menguat terhadap dolar AS. Kini tinggal yen Jepang yang melemah, kemungkinan lebih disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking).
Mata uang Negeri Matahari Terbit menguat tajam dalam beberapa hari ini. Kemarin, yen menguat di kisaran 1% di hadapan greenback. Oleh karena itu, sebagian investor sepertinya mulai merealisasikan keuntungan dan menjual yen sehingga nilainya melemah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:21 WIB:
Terlihat bahwa rupiah masih bertahan sebagai pemuncak klasemen mata uang Asia. Dalam hal menguat terhadap dolar AS, tidak ada mata uang Benua Kuning yang lebih baik dari rupiah.
Mengutip Reuters, AS dan China dikabarkan akan melangsungkan pertemuan di Beijing pada 7-8 Januari. Kedua negara akan berdialog mengenai isu-isu perdagangan, menindaklanjuti hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal bulan lalu yang menghasilkan 'gencatan senjata' selama 90 hari.
Selepas pertemuan Trump-Xi di Buenos Aires, hubungan Washington-Beijing memang semakin mesra. Pertemuan di Beijing pekan depan diharapkan menjadi pembuka jalan menuju damai dagang, sesuatu yang saat diimpikan oleh pelaku pasar.
Masih dari Negeri Tirai Bambu, investor juga sepertinya memberi apresiasi terhadap komitmen pemerintah China untuk mengawal perekonomian agar tidak mengalami hard landing. Mengutip Reuters, Perdana Menteri China Li Keqiang menegaskan pemerintah siap memangkas tarif pajak untuk mendukung dunia usaha, terutama pengusaha kecil-menengah.
Kemarin, Bank Sentral China (PBoC) juga telah mengurangi Giro Wajib Minimum (GWM) agar perbankan bisa lebih banyak menyalurkan kredit. Lembaga keuangan yang menyalurkan kredit kurang dari 10 juta yuan dalam porsi tertentu akan mendapatkan insentif berupa pengurangan GWM.
Komitmen pemerintah dan bank sentral China diharapkan mampu menjaga performa ekonomi Negeri Bambu agar tidak melambat terlalu parah. Hal ini mendapat tanggapan positif dari pelaku pasar.
Sementara dari dalam negeri, penguatan rupiah juga disebabkan oleh intervensi Bank Indonesia (BI). Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, mengungkapkan bank sentral masih melakukan intervensi di pasar Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF).
"BI memberikan ruang yang besar bagi penguatan rupiah lebih lanjut," tutur Nanang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Jumat (4/1/2019) pukul 12:21 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.270 di pasar spot. Rupiah menguat 0,94% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
Membuka hari, rupiah sudah menguat 0,21%. Penguatan rupiah semakin tajam seiring perjalanan pasar dan kini nyaris menyentuh 1%.
Rupiah bergerak searah dengan mata uang Asia yang mayoritas menguat terhadap dolar AS. Kini tinggal yen Jepang yang melemah, kemungkinan lebih disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking).
Mata uang Negeri Matahari Terbit menguat tajam dalam beberapa hari ini. Kemarin, yen menguat di kisaran 1% di hadapan greenback. Oleh karena itu, sebagian investor sepertinya mulai merealisasikan keuntungan dan menjual yen sehingga nilainya melemah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:21 WIB:
Terlihat bahwa rupiah masih bertahan sebagai pemuncak klasemen mata uang Asia. Dalam hal menguat terhadap dolar AS, tidak ada mata uang Benua Kuning yang lebih baik dari rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Faktor eksternal dan domestik sama-sama mendukung penguatan rupiah. Dari sisi eksternal, serangkaian kabar baik dari China membuat investor kembali melirik pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia. Mengutip Reuters, AS dan China dikabarkan akan melangsungkan pertemuan di Beijing pada 7-8 Januari. Kedua negara akan berdialog mengenai isu-isu perdagangan, menindaklanjuti hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal bulan lalu yang menghasilkan 'gencatan senjata' selama 90 hari.
Selepas pertemuan Trump-Xi di Buenos Aires, hubungan Washington-Beijing memang semakin mesra. Pertemuan di Beijing pekan depan diharapkan menjadi pembuka jalan menuju damai dagang, sesuatu yang saat diimpikan oleh pelaku pasar.
Masih dari Negeri Tirai Bambu, investor juga sepertinya memberi apresiasi terhadap komitmen pemerintah China untuk mengawal perekonomian agar tidak mengalami hard landing. Mengutip Reuters, Perdana Menteri China Li Keqiang menegaskan pemerintah siap memangkas tarif pajak untuk mendukung dunia usaha, terutama pengusaha kecil-menengah.
Kemarin, Bank Sentral China (PBoC) juga telah mengurangi Giro Wajib Minimum (GWM) agar perbankan bisa lebih banyak menyalurkan kredit. Lembaga keuangan yang menyalurkan kredit kurang dari 10 juta yuan dalam porsi tertentu akan mendapatkan insentif berupa pengurangan GWM.
Komitmen pemerintah dan bank sentral China diharapkan mampu menjaga performa ekonomi Negeri Bambu agar tidak melambat terlalu parah. Hal ini mendapat tanggapan positif dari pelaku pasar.
Sementara dari dalam negeri, penguatan rupiah juga disebabkan oleh intervensi Bank Indonesia (BI). Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, mengungkapkan bank sentral masih melakukan intervensi di pasar Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF).
"BI memberikan ruang yang besar bagi penguatan rupiah lebih lanjut," tutur Nanang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular