
Ekonomi China Melambat, Dolar Australia Terlemah 10 Tahun
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
03 January 2019 12:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar mata uang negeri kangguru, jeblok ke posisi terendahnya sejak 10 tahun terakhir.
Hingga pukul 11:00 WIB, 1 AU$ di pasar spot dibanderol seharga US$ 0,694, yang artinya turun sebesar 0,63% dari perdagangan kemarin yang ditutup melemah sebesar 0,96% di harga US$ 0,698. Bahkan, AU$ sempat melemah hingga 6,09% terhadap mata uang negeri samuarai JPY pada perdagangan pasar spot hari ini.
Penyebab kejatuhan mata uang Australia ini, karena investor pada hari ini membuang aset-aset berisiko. Hal tersebut dipicu kekhawatiran pasar global akan pelemahan ekonomi dunia, membuat investor memandang perekonomian Australia juga akan terdampak cukup parah.
Australia merupakan negara pengekspor batu bara terbesar di dunia. Pada tahun 2017, Australia menguasai 36% pasar ekspor batu bara dunia, disusul oleh Indonesia yang sebesar 16,1%.
Sedangkan, China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 metrik ton pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global, sehingga sentimen akan pelemahan perekonomian, yang sejalan dengan penurunan permintaan energi China akan sangat mempengaruhi pasar.
Perlambatan perekonomian China makin terkonfirmasi pada hari kemarin, saat Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur China yang dirilis oleh Caixin mencatatkan penurunan ke posisi 49,7 di bulan Desember 2018. Ppadahal pada bulan November 2018 masih berada di level 50,2.
Turunnya PMI Manufaktur China merupakan gambaran atas menurunnya kegiatan di sektor manufaktur negeri Tirai Bambu, yang merupakan sektor yang mengkonsumsi banyak energi. Dengan menurunnya permintaan akan energi, maka diprediksi permintaan akan batu bara China juga akan ikut tergerus.
Ditambah lagi dengan turunnya harga komoditas aluminium dan tembaga pada kisaran 2% hari ini, juga ikut mendorong sentimen negatif terhadap AU$, mengingat 2 komoditas tersebut juga sensitif terhadap AU$ seperti yang dilansir oleh Reuters. Sebagai informasi, Australia merupakan eksportir aluminium terbesar di dunia, dan peringkat 4 eksportir tembaga dunia.
Masih yang dilansir dari Reuters, analis dari NAB Market Research melihat pelemahan AU$ hari ini juga dipengaruhi oleh algoritma perdagangan yang menyebabkan terjadinya 'flash crash' . Hal ini dipicu oleh pasar mata uang yang tidak stabil pada perdagangan Asia pagi ini memicu terjadinya aksi jual pada US$ dan AU$ karena aspek teknikal.
(taa/hps) Next Article China Blokir Impor Batu Bara Australia
Hingga pukul 11:00 WIB, 1 AU$ di pasar spot dibanderol seharga US$ 0,694, yang artinya turun sebesar 0,63% dari perdagangan kemarin yang ditutup melemah sebesar 0,96% di harga US$ 0,698. Bahkan, AU$ sempat melemah hingga 6,09% terhadap mata uang negeri samuarai JPY pada perdagangan pasar spot hari ini.
Penyebab kejatuhan mata uang Australia ini, karena investor pada hari ini membuang aset-aset berisiko. Hal tersebut dipicu kekhawatiran pasar global akan pelemahan ekonomi dunia, membuat investor memandang perekonomian Australia juga akan terdampak cukup parah.
Australia merupakan negara pengekspor batu bara terbesar di dunia. Pada tahun 2017, Australia menguasai 36% pasar ekspor batu bara dunia, disusul oleh Indonesia yang sebesar 16,1%.
Perlambatan perekonomian China makin terkonfirmasi pada hari kemarin, saat Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur China yang dirilis oleh Caixin mencatatkan penurunan ke posisi 49,7 di bulan Desember 2018. Ppadahal pada bulan November 2018 masih berada di level 50,2.
Turunnya PMI Manufaktur China merupakan gambaran atas menurunnya kegiatan di sektor manufaktur negeri Tirai Bambu, yang merupakan sektor yang mengkonsumsi banyak energi. Dengan menurunnya permintaan akan energi, maka diprediksi permintaan akan batu bara China juga akan ikut tergerus.
Ditambah lagi dengan turunnya harga komoditas aluminium dan tembaga pada kisaran 2% hari ini, juga ikut mendorong sentimen negatif terhadap AU$, mengingat 2 komoditas tersebut juga sensitif terhadap AU$ seperti yang dilansir oleh Reuters. Sebagai informasi, Australia merupakan eksportir aluminium terbesar di dunia, dan peringkat 4 eksportir tembaga dunia.
Masih yang dilansir dari Reuters, analis dari NAB Market Research melihat pelemahan AU$ hari ini juga dipengaruhi oleh algoritma perdagangan yang menyebabkan terjadinya 'flash crash' . Hal ini dipicu oleh pasar mata uang yang tidak stabil pada perdagangan Asia pagi ini memicu terjadinya aksi jual pada US$ dan AU$ karena aspek teknikal.
(taa/hps) Next Article China Blokir Impor Batu Bara Australia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular