Rupiah Masih Menguat di Kurs Acuan, Tapi Apes di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 January 2019 10:22
Rupiah Masih Menguat di Kurs Acuan, Tapi Apes di Pasar Spot
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat di kurs acuan. Namun nasib rupiah lebih apes di pasar spot. 

Pada Rabu (2/1/2019), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.465. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi sebelum libur Tahun Baru. 

Apresiasi ini membuat rupiah menguat selama 4 hari beruntun di kurs acuan, winning streak terlama sejak akhir November 2018. Dalam 4 hari tersebut, rupiah menguat 0,95%. Namun dibandingkan posisi setahun lalu, rupiah masih melemah 6,81%.  

 

Namun di pasar spot, situasi tidak berjalan mulus buat rupiah. Mengawali perdagangan dengan depresiasi 0,31%, pelemahan rupiah semakin dalam seiring perjalanan pasar. 

Pada pukul 10:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.475. Rupiah sudah melemah 0,7% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Tahun Baru. 


Senada dengan rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun bertumbangan di hadapan dolar AS. Pelemahan terdalam dialami oleh baht Thailand, disusul peso Filipina dan dolar Taiwan. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:09 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Perdagangan perdana pada 2019 memang tidak memihak Asia. Kebetulan data-data ekonomi yang dirilis kompak mengecewakan. 

Angka Purchasing Managers Index (PMI) China versi Caixin pada Desember 2018 tercatat 49,7, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,2. Angka di bawah 50 berarti pelaku usaha tengah pesimistis. 

Kemudian dari Korea Selatan, PMI versi Nikkei/Markit pada periode yang sama tercatat 49,8. Turun dibandingkan November 2018 yang sebesar 49,9. Lagi-lagi ada aura pesimisme di kalangan dunia usaha Negeri Ginseng. 

Sedangkan angka PMI versi Nikkei/Markit untuk Malaysia edisi Desember 2018 berada di 46,8. Tidak hanya menunjukkan pesimisme, tetapi angka itu menjadi catatan terendah sejak survei PMI dimulai pada 2012. 

Lalu di Singapura, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 adalah 2,2% year-on-year (YoY). Lebih lambat dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 2,3% YoY. 

Berbagai data yang kurang menggembirakan itu membuat pelaku pasar menghindari Asia. Akibatnya mata uang Benua Kuning tidak bisa berbicara banyak di hadapan dolar AS. 

Tidak hanya di pasar valas, koreksi juga bertebaran di pasar saham Asia. Pada pukul 10:14 WIB, indeks Nikkei 225 melemah 0,31%, Hang Seng anjlok 2,46%, Shanghai Composite jatuh 1,01%, Kospi minus 0,83%, Straits Times berkurang 0,87%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,13%. 

Bukan start yang baik bagi pasar keuangan Asia...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular