Meski IHSG Naik 2,28% di Desember, Terburuk Dalam 4 Tahun

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 December 2018 18:57
Meski IHSG Naik 2,28% di Desember, Terburuk Dalam 4 Tahun
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri bulan ini dengan catatan negatif. Sepanjang bulan Desember, IHSG menguat sebesar 2,28%.

Bulan Desember lantas kembali terbukti sebagai bulan yang ramah bagi pasar saham tanah air. Terhitung sejak tahun 2001, IHSG tak pernah membukukan imbal hasil negatif secara bulanan pada bulan Desember.

Namun, penguatan pada tahun 2018 menjadi yang terlemah dalam 4 tahun terakhir.

Lemahnya kinerja IHSG sepanjang bulan Desember tak lepas dari kinerja sektor jasa keuangan yang tak menggembirakan. Sepanjang bulan ini, indeks sektor jasa keuangan hanya menguat 0,83%.

Padahal, sektor ini merupakan sektor dengan bobot terbesar dibandingkan 8 sektor penghuni IHSG lainnya. Mengutip IDX Monthly Statistics periode November 2018 yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor jasa keuangan berkontribusi sebesar 31,5% dari total kapitalisasi pasar IHSG.

Sektor jasa keuangan tak bisa berbicara banyak seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Sepanjang Desember, rupiah terkoreksi 1,78% melawan dolar AS di pasar spot.

Jebolnya defisit neraca dagang bulan November membuat rupiah berada dalam tekanan. Pada tanggal 17 Desember, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor periode November turun sebesar 3,28% YoY, sementara impor meroket hingga 11,68% YoY.

Alhasil, defisit neraca dagang tercatat sebesar US$ 2,05 miliar. Posisi ini menjadi yang terdalam sepanjang tahun 2018.

Dengan defisit neraca dagang yang begitu dalam, maka besar kemungkinan defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan kembali membengkak pada kuartal-IV 2018. Pada kuartal-III 2018, CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014. Saham-saham barang konsumsi menopang kinerja IHSG sepanjang bulan ini. Sektor barang konsumsi yang merupakan sektor dengan kontribusi terbesar kedua bagi IHSG (20,3%) membukukan penguatan sebesar 4,5%.

Aksi beli atas saham-saham barang konsumsi terjadi seiring dengan koreksi yang sudah begitu dalam. Pada penutupan perdagangan tanggal 12 November, indeks sektor barang konsumsi menyentuh titik terendahnya dalam nyaris 2 tahun, yakni di level 2.255,25.

Lebih lanjut, ada sentimen positif bagi saham-saham barang konsumsi yakni rilis data Indeks Penjualan Riil (IPR) oleh Bank Indonesia (BI). Angka sementara untuk pertumbuhan IPR periode November adalah sebesar 3,4% YoY, membaik dari capaian bulan Oktober yang sebesar 2,9% YoY. Capaian tersebut juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,5% YoY.

Pada bulan Desember, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel diharapkan bisa bertambah pesat, seiring dengan kehadiran libur hari raya Natal dan tahun baru.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular