
Akhiri Tahun 2018, IHSG Gagal Sentuh Level 6.200
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 December 2018 17:00

Sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang seiring dengan adanya perkembangan positif terkait perang dagang AS-China. Tim perdagangan asal Negeri Paman Sam akan kembali bertolak ke Beijing untuk melakukan negosiasi dagang dengan China.
Mengutip Reuters, pertemuan AS-China kemungkinan terjadi pada Januari. Pertemuan ini sedang direncanakan kedua pihak melalui komunikasi yang intensif.
"AS memang sedang dalam periode liburan. Namun tim perdagangan AS dan China tetap menggelar komunikasi dan pertemuan masih terjadwal sesuai rencana. Kedua pihak berencana melakukan pertemuan pada Januari menindaklanjuti komunikasi yang intensif melalui telepon," kata Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China.
Sejauh ini, perang dagang yang berkecamuk antar kedua negara terlihat telah menyakiti perekonomian masing-masing. Kemarin (27/12/2018), laba bersih dari perusahaan-perusahaan industri di China dumumkan turun 1,8% YoY pada bulan November menjadi 594,8 miliar yuan (Rp 1.254 triliun). Mengutip Reuters, ini menandai penurunan pertama sejak Desember 2015.
Jika perang dagang bisa diselesaikan secara permanen, maka laju perekonomian kedua negara bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.
Namun sejatinya, damai dagang secara permanen kemungkinan akan sangat sulit untuk dicapai. Pasalnya, di sisi lain AS justru berusaha untuk memblokir akses dari 2 perusahaan pembuat perangkat telekomunikasi besar asal China, Huawei dan ZTE.
3 orang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Presiden AS Donald Trump berencana untuk menggunakan kebijakan eksekutif yang dimilikinya guna mendeklarasikan situasi darurat nasional, yang pada akhirnya akan melarang perusahaan-perusahaan asal AS untuk menggunakan perangkat telekomunikasi buatan Huawei dan ZTE, seperti dilansir dari CNBC International.
Kebijakan eksekutif yang sudah berada dalam proses perencanaan sejak lebih dari 8 bulan tersebut bisa diterbitkan secepatnya pada bulan Januari dan akan memberikan perintah kepada Kementerian Perdagangan untuk memblokir perusahaan-perusahaan AS dalam membeli peralatan dari perusahaan telekomunikasi asing yang membawa risiko signifikan bagi keamanan negara, kata sumber-sumber dari industri telekomunikasi dan pemerintahan AS.
Hal tersebut pada akhirnya membuat pelaku pasar bermain agak defensif, sehingga penguatan bursa saham Asia menjadi tak besar. (ank/hps)
Mengutip Reuters, pertemuan AS-China kemungkinan terjadi pada Januari. Pertemuan ini sedang direncanakan kedua pihak melalui komunikasi yang intensif.
"AS memang sedang dalam periode liburan. Namun tim perdagangan AS dan China tetap menggelar komunikasi dan pertemuan masih terjadwal sesuai rencana. Kedua pihak berencana melakukan pertemuan pada Januari menindaklanjuti komunikasi yang intensif melalui telepon," kata Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China.
Jika perang dagang bisa diselesaikan secara permanen, maka laju perekonomian kedua negara bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.
Namun sejatinya, damai dagang secara permanen kemungkinan akan sangat sulit untuk dicapai. Pasalnya, di sisi lain AS justru berusaha untuk memblokir akses dari 2 perusahaan pembuat perangkat telekomunikasi besar asal China, Huawei dan ZTE.
3 orang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Presiden AS Donald Trump berencana untuk menggunakan kebijakan eksekutif yang dimilikinya guna mendeklarasikan situasi darurat nasional, yang pada akhirnya akan melarang perusahaan-perusahaan asal AS untuk menggunakan perangkat telekomunikasi buatan Huawei dan ZTE, seperti dilansir dari CNBC International.
Kebijakan eksekutif yang sudah berada dalam proses perencanaan sejak lebih dari 8 bulan tersebut bisa diterbitkan secepatnya pada bulan Januari dan akan memberikan perintah kepada Kementerian Perdagangan untuk memblokir perusahaan-perusahaan AS dalam membeli peralatan dari perusahaan telekomunikasi asing yang membawa risiko signifikan bagi keamanan negara, kata sumber-sumber dari industri telekomunikasi dan pemerintahan AS.
Hal tersebut pada akhirnya membuat pelaku pasar bermain agak defensif, sehingga penguatan bursa saham Asia menjadi tak besar. (ank/hps)
Pages
Most Popular