
Dibayangi Perlambatan Ekonomi Dunia, Bursa Saham Asia Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 December 2018 18:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona hijau pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei naik 3,88%, indeks Strait Times naik 1,12%, dan indeks Kospi naik 0,02%. Sementara itu, indeks Shanghai dan Hang Seng terkoreksi masing-masing sebesar 0,61% dan 0,67%.
Angin segar yang datang dari Wall Street sukses membawa bursa saham Benua Kuning ditutup di teritori positif. Kemarin (26/12/2018), indeks Dow Jones ditutup melesat 4,98%, indeks S&P 500 melambung 4,95%, dan indeks Nasdaq terdongkrak 5,84%.
Wajar jika Wall Street membukukan performa yang begitu oke. Pasalnya, koreksi sudah terjadi selama empat hari beruntun. Pada penutupan perdagangan tanggal 24 Desember, indeks S&P 500 berada dalam posisi terendahnya sejak April 2017.
Namun, perdagangan hari ini diwarnai oleh risiko yakni perlambatan ekonomi dunia yang kian nyata terlihat. Bahkan, indeks Shanghai dan Hang Seng yang dibuka di zona hijau dipaksa mengakhiri hari di zona merah karenanya.
Dari AS yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia, Richmond Manufacturing Index periode Desember diumumkan sebesar -8, jauh di bawah konsensus yang sebesar 16, seperti dilansir dari Forex Factory.
Data ini menunjukkan tingkat aktivitas manufaktur di wilayah Richmond. Angka di bawah 0 menunjukkan bahwa kondisinya memburuk dibandingkan periode sebelumnya.
Beralih ke China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, laba bersih dari perusahaan-perusahaan industri dumumkan turun 1,8% YoY pada bulan November menjadi 594,8 miliar yuan (Rp 1.254 triliun). Mengutip Reuters, ini menandai penurunan pertama sejak Desember 2015.
Sementara selama sebelas bulan pertama tahun ini, laba bersih dari perusahaan-perusahaan industri naik 11,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 6,1 triliun yuan, melambat dari kenaikan 13,6% pada periode Januari-Oktober.
Perang dagang antara AS dengan China terlihat benar-benar menyakiti perekonomian masing-masing negara. Masalahnya, hingga kini masih ada banyak hal yang menyelimuti jalannya negosiasi antar kedua negara, seperti penahanan CFO Huawei Meng Wanzhou.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi
Angin segar yang datang dari Wall Street sukses membawa bursa saham Benua Kuning ditutup di teritori positif. Kemarin (26/12/2018), indeks Dow Jones ditutup melesat 4,98%, indeks S&P 500 melambung 4,95%, dan indeks Nasdaq terdongkrak 5,84%.
Wajar jika Wall Street membukukan performa yang begitu oke. Pasalnya, koreksi sudah terjadi selama empat hari beruntun. Pada penutupan perdagangan tanggal 24 Desember, indeks S&P 500 berada dalam posisi terendahnya sejak April 2017.
Data ini menunjukkan tingkat aktivitas manufaktur di wilayah Richmond. Angka di bawah 0 menunjukkan bahwa kondisinya memburuk dibandingkan periode sebelumnya.
Beralih ke China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, laba bersih dari perusahaan-perusahaan industri dumumkan turun 1,8% YoY pada bulan November menjadi 594,8 miliar yuan (Rp 1.254 triliun). Mengutip Reuters, ini menandai penurunan pertama sejak Desember 2015.
Sementara selama sebelas bulan pertama tahun ini, laba bersih dari perusahaan-perusahaan industri naik 11,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 6,1 triliun yuan, melambat dari kenaikan 13,6% pada periode Januari-Oktober.
Perang dagang antara AS dengan China terlihat benar-benar menyakiti perekonomian masing-masing negara. Masalahnya, hingga kini masih ada banyak hal yang menyelimuti jalannya negosiasi antar kedua negara, seperti penahanan CFO Huawei Meng Wanzhou.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi
Most Popular