
Setelah Karam 5%, Bursa Jepang Bangkit Lagi
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
26 December 2018 07:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Jepang berhasil rebound saat dibuka, Rabu (25/12/2018), setelah anjlok 5% sehari sebelumnya. Kebangkitan bursa Tokyo ini disebabkan terhentinya pelemahan yen.
Indeks acuan Nikkei 225 melopat 1,45% ke posisi 19.433,49 di awal perdagangan, AFP melaporkan. Nikkei menutup perdagangan hari Selasa di posisi terendahnya dalam 20 bulan terakhir akibat kecemasan melambatnya perekonomian Amerika Serikat (AS).
Indeks Topix tercatat naik 1,37% ke 1.434,94 hari Rabu pagi.
Sementara itu, Wall Street mengalami koreksi yang sangat dalam pada perdagangan jelang libur Natal hari Senin lalu. Dow Jones Industrial Average amblas 2,91%, S&P 500 minus 2,71%, dan Nasdaq terperosok 5,14%.
Sepanjang pekan lalu, Dow Jones jatuh 6,87%, S&P 500 anjlok 7,05%, dan Nasdaq Composite terjun bebas 8,36%.
Dow Jones mengalami koreksi mingguan terparah sejak Oktober 2008. Sedangkan koreksi S&P 500 menjadi yang terdalam sejak Agustus 2011, dan Nasdaq terburuk sejak November 2008, dikutip dari Newsletter Tim Riset CNBC Indonesia.
Sentimen negatif yang membayangi Wall Street di antaranya penutupan pemerintahan (government shutdown) di AS yang diperkirakan akan terjadi hingga akhir pekan ini, kritik Trump terhadap bank sentral Federal Reserve, dan kekhawatiran perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam.
(prm) Next Article Damai Dagang Masih Jauh, Bursa Jepang Terkoreksi
Indeks acuan Nikkei 225 melopat 1,45% ke posisi 19.433,49 di awal perdagangan, AFP melaporkan. Nikkei menutup perdagangan hari Selasa di posisi terendahnya dalam 20 bulan terakhir akibat kecemasan melambatnya perekonomian Amerika Serikat (AS).
Indeks Topix tercatat naik 1,37% ke 1.434,94 hari Rabu pagi.
Sepanjang pekan lalu, Dow Jones jatuh 6,87%, S&P 500 anjlok 7,05%, dan Nasdaq Composite terjun bebas 8,36%.
Dow Jones mengalami koreksi mingguan terparah sejak Oktober 2008. Sedangkan koreksi S&P 500 menjadi yang terdalam sejak Agustus 2011, dan Nasdaq terburuk sejak November 2008, dikutip dari Newsletter Tim Riset CNBC Indonesia.
Sentimen negatif yang membayangi Wall Street di antaranya penutupan pemerintahan (government shutdown) di AS yang diperkirakan akan terjadi hingga akhir pekan ini, kritik Trump terhadap bank sentral Federal Reserve, dan kekhawatiran perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam.
(prm) Next Article Damai Dagang Masih Jauh, Bursa Jepang Terkoreksi
Most Popular