Sebesar Inilah Efek Shutdown terhadap Bursa AS

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
23 December 2018 18:26
Sebesar Inilah Efek Shutdown terhadap Bursa AS
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
CNBC Indonesia - Tutupnya sebagian layanan pemerintahan (government shutdown) Amerika Serikat (AS) resmi diumumkan pada Jumat (21/12/2018) pekan lalu. Secara historis, efek insiden tersebut ternyata sebesar nol persen terhadap Wall Street, alias netral.

Menurut temuan LPL Financial Research, S&P 500 yang merupakan salah satu indeks utama di bursa AS bergerak cenderung netral selama layanan pemerintah negara Adidaya itu berhenti-atau beroperasi sebagian-pada periode sebelumnya.

"Meski shutdown banyak mewarnai pemberitaan di media, pada kenyataannya bursa saham cenderung tidak mempedulikannya. Bahkan, S&P 500 menguat dalam lima kali shutdown sebelumnya," ujar LPL Senior Market Strategist Ryan Detrick dalam laporan risetnya pada Rabu.
Sebesar Inilah Efek Shutdown terhadap Bursa ASSumber: LPL Financial Research
Dari 20 kali shutdown di negara berperekonomian terbesar dunia itu, bursa Wall Street membukukan 10 kali reli penguatan, sembilan kali koreksi dan satu kali pertumbuhan sebesar nol persen (flat).

Namun, jika dirata-rata maka pergerakan indeks S&P 500 selama shutdown terjadi di masa lalu adalah sebesar -0,4%, dengan nilai tengah (median) sebesar 0%. Artinya, shutdown tidak banyak memengaruhi koreksi atau reli bursa Wall Street.

Hanya saja, lanjut Ryan, tiga kali shutdowns pada tahun yang sama sangat jarang terjadi dalam sejarah AS, kecuali pada 1977 ketika Gedung Putih dipimpin kader Partai Demokrat, yakni Jimmy Carter.

Shutdown tahun ini terjadi menyusul ngototnya Presiden Donald Trump untuk memasukkan dana pembangunan tembok perbatasan Meksiko sebesar US$5 triliun dari Kongres AS. Tembok tersebut dibangun untuk memblokade arus imigran dari Amerika Latin.

NEXT

Hanya saja, shutdown membuat layanan mengenai rilis data ekonomi penting di AS tertunda yang pada gilirannya membuat pelaku pasar tidak memiliki acuan dalam menentukan posisi investasinya.

Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia, shutdown pada Oktober 2013 membuat rilis data Departemen Tenaga Kerja dan Perdagangan AS tertunda hingga sepekan, yang diikuti koreksi S&P 500 sebesar 2,1%.

Departemen tersebut saat ini mempekerjakan 48.000 orang di seluruh negeri AS, dan shutdown diproyeksikan berujung pada dirumahkannya sebanyak 41.000 orang di antaranya untuk sementara waktu.

Pekan depan, departemen tersebut dijadwalkan mengumumkan data perdagangan per November pada Jumat (28/12/2018). Pengumuman data tersebut berpeluang tertunda menjadi pekan selanjutnya akibat shutdown.

Hanya saja, untuk rilis data penjualan rumah baru yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis, pasar berharap tidak terjadi penundaan karena  menjadi salah satu faktor penting untuk mengukur prospek ekonomi AS ke depannya, terutama di tengah munculnya perkiraan resesi.

Sebagaimana diketahui, konsumsi AS menyumbang 70% produk domestik bruto (PDB), di mana pembelian properti termasuk di dalamnya. Per Oktober, penjualan rumah AS anjlok 8,9% menjadi 544.000 unit rumah baru, yang merupakan level terendah dalam tiga tahun terakhir.

Jika pelaku pasar dibiarkan menduga-duga dalam kegelapan mengenai rilis data perumahan, mereka akan cenderung keluar dari pasar terlebih dahulu untuk mencari aman sehingga bursa AS bisa terkoreksi yang diikuti bursa global, termasuk Indonesia.

Situasi tersebut pun bisa membawa bursa AS menuju jurang koreksi yang lebih dalam hingga mendekati -10% sepanjang tahun ini, menjadi kinerja tahunan yang terburuk sejak 1931 tatkala indeks S&P 500 terkoreksi sebesar -14,5%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular