Sempat Jatuh 0,61%, Ini Faktor yang Bawa IHSG Ditutup Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 December 2018 16:54
Sempat Jatuh 0,61%, Ini Faktor yang Bawa IHSG Ditutup Menguat
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka turun 0,49% dan sempat melemah hingga 0,61%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru ditutup menguat 0,26% ke level 6.163,6.

Performa IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang diperdagangkan melemah: indeks Nikkei turun 1,11%, indeks Shanghai turun 0,79%, dan indeks Strait Times turun 0,15%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 10,36 triliun dengan volume sebanyak 16,13 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 357.910 kali.

Sejumlah sentimen negatif memang menekan laju bursa saham Asia hari ini. Pertama, perang dagang AS-China yang kian panas. Kemarin (20/12/2018), Kementerian Kehakiman AS (DOJ) mengumumkan tuntutan kepada dua warga negara China, Zhu Hua dan Zhang Shilong, terkait usaha peretasan untuk mencuri rahasia dan hak kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan teknologi di berbagai belahan dunia, serta data pribadi dari 100.000 anggota angkatan laut AS. Di AS sendiri, ada 45 perusahaan teknologi yang disasar.

Tuntutan dari DOJ menyatakan bahwa kedua orang tersebut melakukan peretasan di setidaknya 12 negara. Lebih parahnya lagi, AS mendakwa bahwa dua orang tersangka tersebut memiliki keterkaitan dengan pemerintah China.

"China akan sulit untuk berpura-pura bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas kejadian ini," tegas Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein dalam jumpa pers, seperti dikutip dari CNBC International.

Sekedar mengingatkan, pemerintahan Trump sudah sejak lama menuduh China sebagai pencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan teknologi asal AS.

Lantas, tuntutan resmi dari DOJ memperparah keadaan. Damai dagang AS-China secara permanen bisa kian sulit untuk dicapai.

Kedua, potensi tutupnya pemerintahan (government shutdown) AS mulai esok hari (22/12/2018). Pada pagi hari waktu Indonesia, House of Representative telah meloloskan anggaran sementara versi terbaru yang akan membuat pemerintahan AS tetap beroperasi hingga 8 Februari 2019. Kali ini, anggaran senilai lebih dari US$ 5 miliar untuk pembangunan tembok perbatasan dimasukkan kedalamnya.

Namun, anggaran ini diproyeksikan tak akan lolos ketika para senator melakukan pemungutan suara. Pasalnya, sebanyak 60 suara dibutuhkan untuk meloloskan anggaran sementara. Kini, partai Republik hanya menguasai sebanyak 51 kursi di Senate.

Pada akhirnya, shutdown akan sulit terelakkan. Sektor barang konsumsi ( 1,48%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.

Saham-saham barang konsumsi yang banyak diburu investor adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR ( 2,98%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF ( 2,04%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP ( 1,82%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF ( 0,98%), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP ( 0,48%).

Saham-saham barang konsumsi banyak diburu investor seiring dengan momen hari raya Natal dan tahun baru yang berpotensi mendongkrak penjualan.

Belum lama ini, Survei Penjualan Eceran periode Oktober 2018 diumumkan oleh Bank Indonesia (BI).

Dalam survei tersebut, angka sementara untuk pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) periode November adalah sebesar 3,4% YoY, membaik dari capaian bulan Oktober yang sebesar 2,9% YoY saja. Capaian tersebut juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,5% YoY.

Tekanan terhadap harga minyak mentah dunia juga membuat saham-saham barang konsumsi menjadi incaran investor. Terhitung sejak titik tertingginya tahun ini di level US$ 76,41/barel (3 Oktober), harga minyak WTI kontrak acuan telah amblas 39,5% hingga sore hari ini ke level US$ 46,2/barel. Sementara itu, harga minyak brent pada periode yang sama telah anjlok sebesar 36,9%, dari US$ 86,29/barel menjadi US$ 54,46/barel.

Dengan anjloknya harga minyak mentah yang akan meredakan tekanan terhadap CAD, urgensi bagi pemerintah untuk menaikkan harga jual bahan bakar minyak menjadi berkurang atau bahkan hilang sama sekali.

Jika harga jual bahan bakar minyak tak dinaikkan, tentunya daya beli masyarakat menjadi bisa dijaga. Kencangnya aksi beli terhadap saham-saham barang konsumsi membuat IHSG seakan mengabaikan pelemahan nilai tukar rupiah. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,59% di pasar spot ke level Rp 14.550/dolar AS.

Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang perkasa, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,26%. Dolar AS mendapatkan suntikan tenaga seiring dengan minat investor untuk masuk ke instrumen safe haven yang cukup tinggi.

Penyebabnya seperti yang sudah disebutkan di atas, yakni perang dagang AS-China yang kian panas dan potensi shutdown di AS. Selain itu, dolar AS juga mendapatkan suntikan energi dari proyeksi The Federal Reserve bahwa masih akan ada kenaikan suku bunga acuan sebanyak 2 kali pada tahun depan.

Walaupun IHSG masih bisa menguat, tetapi investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 830,3 miliar di pasar saham tanah air, merespons pelemahan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Di Balik Mesranya Saham Barang Konsumsi dengan Bulan Januari

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular