Tanpa Jeda Harga Saham Sat Nusa Terus Melesat, Naik 12%

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
21 December 2018 10:10
Jelang satu jam perdagangan pagi ini harga saham yang akan jadi perakit produk Apple tersebut melesat 12%.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN) pada perdagangan pagi ini kembali menguat signifikan. Jelang satu jam perdagangan pagi ini harga saham yang akan jadi perakit produk Apple tersebut melesat 12%.

Harga PTSN naik 12,26% ke level Rp 1.465/saham. Dimana volume transaksi tercatat 6,51 juta saham senilai Rp 9,36 miliar.

Harga saham PTSN terus menguat sejak ramai Pegatron Corporation jalin kerjasama dengan PTSN pada awal Desember. Pada saat itu harga saham PTSN pada harga Rp 535/saham, artinya sampai hari ini sudah naik 173,83%.

Sat Nusa membenarkan berita tersebut dan menyampaikannya dalam keterbukaan informasi. Sat Nusa mengakui sudah mendapat kontrak dari Pegatron Corporation, yang merupakan perusaan perakit produk-produk Apple. Inilah yang kemudian terus memicu harga saham perseroan melesat hingga hari ini.

Perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS) membuat produk Apple yang dibuat di China dikenakan tarif tambahan jika di jual di AS. "Ini membuat perusahaan (Pegatron) hengkang dari China dan masuk ke Indonesia," kata Direktur Utama Sat Nusapersada Abidin Fan, dalam keterbukaan informasi yang disampaiakan, Senin (3/12/2018).

Bentuk kerjasama yang akan dilakukan kedua belah pihak yaitu, Satnusa akan merakit berbagai produk elektronik yang akan di ekspor ke AS.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan nilai investasi yang di bawa Pegatron mencapai US$ 1 miliar atau setara Rp 14,5 triliun. "Pegatron di Batam, investasinya tahap pertama sekitar US$ 1 miliar, mulainya tunggu saja sampai masukkan ke BKPM [Badan Koordinasi Penanaman Modal]," ujar Airlangga.

Nikkei Asian Review memberitakan bahwa perusahaan perakit ponsel pintar (smartphone) iPhone, Pegatron, telah memilih Indonesia sebagai negara tujuan diversifikasi pertama manufakturnya keluar dari China di tengah ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing.

Pabrikan elektronik yang berbasis di Taiwan itu sedang mempersiapkan mengalihkan produksi produk non-iPhone yang terkena tarif impor AS ke sebuah pabrik yang disewa di Batam dalam enam bulan ke depan.



(hps/roy) Next Article Saham Sat Nusa Sudah Naik 130% Sejak Resmi Rakit Apple

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular