
Kabar Buruk dari AS Bawa Bursa Saham Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 December 2018 09:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka melemah pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,4%, indeks Shanghai turun 0,38%, indeks Hang Seng turun 0,43%, indeks Strait Times turun 0,64%, dan indeks Kospi turun 0,36%.
Makin panasnya perang dagang AS-China membuat investor menghindari saham-saham di Benua Kuning. Pasca sempat mesra selepas Presiden AS Donald Trump menyepakati gencatan sejata dalam bidang perdagangan dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20, hubungan AS dan China dibuat renggang oleh penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou.
Perkembangan teranyar, Kementerian Kehakiman AS (DOJ) mengumumkan tuntutan kepada dua warga negara China, Zhu Hua dan Zhang Shilong, terkait usaha peretasan untuk mencuri rahasia dan hak kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan teknologi di berbagai belahan dunia, serta data pribadi dari 100.000 anggota angkatan laut AS.
Tuntutan dari DOJ menyatakan bahwa kedua orang tersebut melakukan peretasan di setidaknya 12 negara. Lebih parahnya lagi, AS juga mendakwa bahwa dua orang tersangka tersebut memiliki keterkaitan dengan pemerintah China.
"China akan sulit untuk berpura-pura bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas kejadian ini," tegas Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein dalam jumpa pers, seperti dikutip dari CNBC International.
Sekedar mengingatkan, pemerintahan Trump sudah sejak lama menuduh China sebagai pencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan teknologi asal AS.
Lantas, tuntutan resmi dari DOJ memperparah keadaan. Damai dagang AS-China secara permanen bisa kian sulit untuk dicapai.
Masih dari AS, kini risiko tutupnya pemerintahan (government shutdown) menjadi kian nyata. Pemerintahan AS bisa ditutup seiring dengan mentoknya pembahasan anggaran tahun fiskal 2019.
Sebenarnya, sudah ada kesepakatan antara Partai Republik dan Partai Demokrat terkait dengan anggaran sementara yang bisa digunakan sembari pemerintah dan Kongres membahas anggaran yang tetap.
Namun, Preisden AS Donald Trump ogah menandatangani anggaran sementara tersebut. Trump ngambek karena anggaran itu tidak memasukkan pos pengamanan perbatasan sebesar US$ 5 miliar. Salah satu bentuk pengamanan tersebut adalah pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko.
"Kami ingin pemerintah tidak tutup. Namun kami juga ingin ada kesepakatan mengenai perlindungan perbatasan" tegas Ketua House of Representative dari Parta Republik Paul Ryan, mengutip Reuters.
Dengan ekonomi AS yang sedang diterpa perlambatan, tutupnya pemerintahan, apalagi jika berlangsung lama, tentu menjadi hal terakhir yang diinginkan pelaku pasar saham di seluruh belahan dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Makin panasnya perang dagang AS-China membuat investor menghindari saham-saham di Benua Kuning. Pasca sempat mesra selepas Presiden AS Donald Trump menyepakati gencatan sejata dalam bidang perdagangan dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20, hubungan AS dan China dibuat renggang oleh penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou.
"China akan sulit untuk berpura-pura bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas kejadian ini," tegas Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein dalam jumpa pers, seperti dikutip dari CNBC International.
Sekedar mengingatkan, pemerintahan Trump sudah sejak lama menuduh China sebagai pencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan teknologi asal AS.
Lantas, tuntutan resmi dari DOJ memperparah keadaan. Damai dagang AS-China secara permanen bisa kian sulit untuk dicapai.
Masih dari AS, kini risiko tutupnya pemerintahan (government shutdown) menjadi kian nyata. Pemerintahan AS bisa ditutup seiring dengan mentoknya pembahasan anggaran tahun fiskal 2019.
Sebenarnya, sudah ada kesepakatan antara Partai Republik dan Partai Demokrat terkait dengan anggaran sementara yang bisa digunakan sembari pemerintah dan Kongres membahas anggaran yang tetap.
Namun, Preisden AS Donald Trump ogah menandatangani anggaran sementara tersebut. Trump ngambek karena anggaran itu tidak memasukkan pos pengamanan perbatasan sebesar US$ 5 miliar. Salah satu bentuk pengamanan tersebut adalah pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko.
"Kami ingin pemerintah tidak tutup. Namun kami juga ingin ada kesepakatan mengenai perlindungan perbatasan" tegas Ketua House of Representative dari Parta Republik Paul Ryan, mengutip Reuters.
Dengan ekonomi AS yang sedang diterpa perlambatan, tutupnya pemerintahan, apalagi jika berlangsung lama, tentu menjadi hal terakhir yang diinginkan pelaku pasar saham di seluruh belahan dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular