
Anjlok 2%, Wall Street Belum Moved On dari The Fed
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
21 December 2018 06:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street kembali babak belur, Kamis (20/12/2018), yang merupakan hari kedua setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menaikkan suku bunganya dan mengatakan akan melanjutkan normalisasi neracanya.
Kecemasan akan penutupan pemerintahan (government shutdown) juga menjadi sentimen negatif bagi bursa saham AS.
Dow Jones Industrial Average terjun bebas 464,06 poin atau 1,99% ke 22.859,6. Dalam dua hari, indeks ini telah kehilangan lebih dari 800 poin dan 1.700 poin lebih dalam lima hari terakhir.
S&P 500 anjlok 1,5% dan ditutup di 2.467,41 sementara Nasdaq Composite jatuh 1,6% ke level 6.528,41.
Nasdaq kini berada 19,7% di bawah posisi tertingginya baru-baru ini. Berbagai perusahaan dalam indeks S&P 500 telah kehilangan kapitalisasi pasar US$2,39 triliun bulan ini, dilansir dari CNBC International.
Dow Jones dan Nasdaq mencatatkan posisi terendahnya sejak Oktober 2017 sementara S&P 500 ditutup di level terburuknya sejak September 2017.
Saham-saham berguguran hari Kamis setelah Juru Bicara House of Representatives AS Paul Ryan mengumumkan bahwa Presiden Donald Trump tidakakan menandatangani keputusan pendanaan pemerintahan sementara. Ini menyebabkan risiko penutupan pemerintahan semakin membayangi AS.
Pasar juga tampaknya masih kesal dengan keputusan The Fed. Manajer hedge fund ternama David Tepper mengatakan kepada CNBC bahwa The Fed tidak peduli dengan pasar modal dan keputusannya membuat investor mempertimbangkan uang tunai sebagai alat investasi yang lebih baik.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Kecemasan akan penutupan pemerintahan (government shutdown) juga menjadi sentimen negatif bagi bursa saham AS.
Dow Jones Industrial Average terjun bebas 464,06 poin atau 1,99% ke 22.859,6. Dalam dua hari, indeks ini telah kehilangan lebih dari 800 poin dan 1.700 poin lebih dalam lima hari terakhir.
Nasdaq kini berada 19,7% di bawah posisi tertingginya baru-baru ini. Berbagai perusahaan dalam indeks S&P 500 telah kehilangan kapitalisasi pasar US$2,39 triliun bulan ini, dilansir dari CNBC International.
Dow Jones dan Nasdaq mencatatkan posisi terendahnya sejak Oktober 2017 sementara S&P 500 ditutup di level terburuknya sejak September 2017.
Saham-saham berguguran hari Kamis setelah Juru Bicara House of Representatives AS Paul Ryan mengumumkan bahwa Presiden Donald Trump tidakakan menandatangani keputusan pendanaan pemerintahan sementara. Ini menyebabkan risiko penutupan pemerintahan semakin membayangi AS.
Pasar juga tampaknya masih kesal dengan keputusan The Fed. Manajer hedge fund ternama David Tepper mengatakan kepada CNBC bahwa The Fed tidak peduli dengan pasar modal dan keputusannya membuat investor mempertimbangkan uang tunai sebagai alat investasi yang lebih baik.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular