Pelemahan Rupiah Menipis, Gara-gara BI Tahan Bunga Acuan?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 December 2018 15:32
Pelemahan Rupiah Menipis, Gara-gara BI Tahan Bunga Acuan?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang masih melemah. Namun pelemahan rupiah berkurang cukup tajam. 

Pada Kamis (20/12/2018) pukul 15:04 WIB, US$ 1 di pasar spot diperdagangkan Rp 14.460. Rupiah melemah 0,17% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Walau masih di zona merah, tetapi nasib rupiah sudah jauh lebih baik. Awalnya pelemahan rupiah sempat mencapai kisaran 0,5%. 


Perlahan tapi pasti, dolar AS mulai kehilangan pamornya. Beberapa mata uang Asia mampu menipiskan pelemahannya, bahkan sudah ada yang menguat seperti rupee India, yen Jepang, won Korea Selatan, dolar Singapura, baht Thailand, sampai dolar Taiwan. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 15:09 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS yang sempat menguat tajam kini kembali melempem. Pada pukul 15:16 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,33%.  

Pagi tadi, dolar AS sempat menggeliat merespons hasil rapat The Federal Reserve/The Fed. Jerome 'Jay' Powell dan kolega memutuskan menaikkan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,25-2,5% atau median 2,375%. Namun investor ternyata lebih melihat ke depan (forward looking).


The Fed menurunkan target suku bunga acuan pada akhir 2019 dari awalnya di median 3,1% menjadi 2,8%. Artinya, suku bunga acuan kemungkinan naik setidaknya dua kali tahun depan, lebih sedikit dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali. 


Oleh karena itu, sepertinya dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan sesangar tahun ini. Sejak awal tahun ini, Dollar Index menguat 5,27%. Keperkasaan dolar AS ditopang oleh kenaikan suku bunga acuan yang mencapai 100 bps. 

Saat laju kenaikan suku bunga acuan berkurang setengahnya dari empat kali menjadi dua kali, maka dampaknya terhadap dolar AS kemungkinan akan signifikan. Kejayaan dolar AS akan sulit terulang tahun depan. 

Sementara keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di 6% sepertinya tidak terlalu signifikan mempengaruhi gerak rupiah. Dengan posisi The Fed yang menurunkan proyeksi target suku bunga acuan untuk tahun depan, semakin ada alasan bagi BI untuk tidak lagi terlalu hawkish.


Pelaku pasar pun sepertinya bisa memahami jika BI tidak menaikkan suku bunga hari ini, meski Federal Funds Rate dinaikkan. Lagipula, BI sudah menaikkan suku bunga acuan bulan lalu, langkah yang di luar ekspektasi pasar. Kenaikan tersebut sepertinya sudah memberi bekal yang cukup untuk menghadapi kenaikan Federal Funds Rate hari ini.  

Rupiah menguat di kisaran 5% selama November, dan terapresiasi selama 3 hari terakhir. Dolar AS juga masih dalam posisi defensif, karena sentimen negatif kebijakan moneter AS yang sedikit dovish pada 2019. Oleh karena itu, BI mungkin tidak perlu terlalu mencemaskan rupiah. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular