Internasional

Ladang Minyak Terbesar Libya Akan Dibuka Kembali

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
20 December 2018 12:46
Ladang minyak terbesar Libya, El Sharara, akan dibuka kembali, kata pemerintah negara itu.
Foto: Ilustrasi produksi minyak (REUTERS/Nick Oxford)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ladang minyak terbesar Libya, El Sharara, akan dibuka kembali, kata pemerintah negara itu yang diakui dunia internasional, Rabu (19/12/2018). Ini terjadi setelah Perdana Menteri Fayez al-Sarraj terbang ke sana untuk membujuk para pendemo untuk mengakhiri blokade.

Produksi belum dimulai kembali karena para pekerja minyak menanti perintah dari perusahaan minyak negara National Oil Corporation (NOC). Seorang juru bicara NOC menolak berkomentar ketika Reuters menelepon. Kantor Sarraj tidak memberi kerangka waktu.


Seorang juru bicara untuk kelompok anggota suku, yang mengambil alih lapangan minyak yang memproduksi 315.000 barel per hari dengan bantuan penjaga pemerintah pada 8 Desember, itu mengatakan pemerintah telah setuju untuk memenuhi tuntutan mereka dalam waktu seminggu sejak 22 Desember.



"Ladang minyak El Sharara akan dibuka kembali setelah mencapai kesepakatan dengan Fayez al-Sarraj," kata Mohammed Ahmed. "(Permintaan) mendesak, seperti likuiditas dan bahan bakar, akan mulai (dilaksanakan) pada Sabtu, tuntutan lain akan dilaksanakan dalam waktu 45 hari," katanya, dilansir dari Reuters.



Pemerintah yang bermarkas di Tripoli sebelumnya telah mengumumkan dana pembangunan senilai 1 miliar Dinar Libya (US$717 juta/ Rp 10 triliun) untuk daerah selatan yang diabaikan dalam upaya untuk menenangkan protes warga.



Suku setempat menuntut layanan negara yang lebih baik untuk wilayah selatan, yang memproduksi sekitar 400.000 barel per hari (bph), tetapi tidak memiliki fasilitas dasar, seperti rumah sakit atau listrik.



Para penjaga, yang kata NOC telah memfasilitasi protes, sudah menuntut pembayaran gaji yang mereka katakan belum dibayar NOC.



Belum jelas kapan NOC akan setuju untuk membuka kembali ladang minyak tersebut. Ketuanya Mustafa Sanalla telah menyebut para pengunjuk rasa sebagai "milisi" dan NOC tidak akan bernegosiasi dengan mereka. Komentar itu telah mengundang kecaman.



Dalam sebuah pernyataan, Sarraj mengatakan ia telah bertemu para pengunjuk rasa di lapangan dan memahami faktor-faktor yang mendorong aksi mereka, menggambarkan tuntutan tersebut adalah "sah".



Minyak mentah El Sharara diangkut ke pelabuhan Zawiya, yang juga merupakan lokasi bagi sebuah kilang minyak.


NOC menjalankan ladang minyak itu dengan Repsol (Spanyol), Total (Perancis), OMV (Austria) dan Equinor (Norwegia) yang sebelumnya dikenal sebagai Statoil.

Libya dalam beberapa bulan terakhir meningkatkan produksi hingga 1,3 juta bph, level tertinggi sejak 2013 ketika gelombang protes dan blokade terhadap fasilitas minyak dimulai.



NOC secara luas dipandang oleh kelompok bersenjata dan demonstran sipil sebagai sasaran empuk untuk diperas dalam keadaan negara yang lemah dan memburuknya layanan publik.
(prm) Next Article Ladang Minyak Terbesar Libya Disandera, Harga Akan Naik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular