BI: Masih Wajar, Pelemahan Rupiah Hanya Sementara

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
20 December 2018 10:55
Bank Indonesia (BI) meminta seluruh elemen masyarakat tidak terlalu mengkhawatirkan pelemahan rupiah
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) meminta seluruh elemen masyarakat tidak terlalu mengkhawatirkan pelemahan rupiah terhadap dolar AS, pasca tiga hari menguat secara beruntun.

Bagi bank sentral, pelemahan nilai tukar rupiah masih dalam batas wajar. Apalagi, pelemahan tersebut dianggap hanya bersifat sementara karena merespons kenaikan bunga The Fed.

"Kami melihat respons pasar ini sebagai reaksi seketika dan sementara," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/12/2018).



"Atas kekecewaan terhadap hasil FOMC (Rapat The Fed) di tengah pelaku pasar valas di domestik yang sebagian besar posisinya short dolar," jelasnya.

BI: Masih Wajar, Pelemahan Rupiah Hanya SementaraFoto: Ilustrasi Bank Indonesia (REUTERS/Iqro Rinaldi)


Pelemahan rupiah, memang merespons arah (stance) kebijakan moneter The Fed yang bertolak belakang dengan pelaku pasar yang mengharapkan bank sentral Paman Sam lebih dovish.

Pelaku pasar mengharapkan kenaikan bunga acuan The Fed satu kali, sementara Jerome Powell Cs justru mengisyaratkan masih memiliki ruang untuk menaikkan bunga acuan sebanyak dua kali.

Hal tersebut akhirnya membuat pasar keuangan dunia bergejolak, dan dampaknya merembet ke pasar keuangan Asia termasuk Indonesia. IHSG danr rupiah, pun tertekan.

"Tapi masih dalam kisaran yang wajar bergerak dari 14.435 ke 14.500," jelasnya.

Namun, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pasalnya, bank sentral langsung bergerak untuk memastikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah tidak terlalu tajam.

"Bank Indonesia telah melakukan intervensi DNDF dikombinasikan dengan intervensi spot dalam jumlah yang terukur," katanya.

BI, ditegaskan Nanang, pun akan senantiasa berada di pasar apabila terjadi pelemahan pada harga surat berharga negara (SBN) yang tajam, akibat arus keluar dana asing.

"Bank Indonesia stand ready untuk menstabilisasi pasar SBN," jelasnya.

Meski demikian, BI melihat belum ada pelepasan kepemilikan SBN secara agresif oleh asing, terlihat dari imbal hasil (yield) SBN benchmark 10 tahun yang hanya naik 7.96 ke 7.99.

(dru) Next Article Bos BI: Rupiah Ada Kecenderungan Menguat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular