
Rupiah Lesu di Kurs Acuan di Pasar Spot, Gara-gara The Fed!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 December 2018 10:27

Pelaku pasar kini bereaksi terhadap hasil rapat bulanan The Federal Reserve/The Fed. Dini hari tadi waktu Indonesia, Jerome 'Jay' Powell dan kolega menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke 2,25-2,5% atau median 2,375%.
Sementara pada akhir 2019, The Fed menargetkan suku bunga acuan berada di median 2,8%. Artinya, masih akan ada kenaikan Federal Funds Rate setidaknya dua kali lagi tahun depan.
Sebenarnya hasil rapat ini agak dovish, karena sebelumnya The Fed memasang target suku bunga acuan 3,1% pada akhir 2019. Namun bagaimana pun juga yang namanya kenaikan suku bunga acuan akan menjadi energi positif bagi dolar AS, setidaknya dalam jangka pendek.
Ini membuat dolar AS perlahan mampu bangkit dari keterpurukan yang terjadi sejak awal pekan. Pada pukul 10:15 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) memang masih melemah, tetapi tinggal 0,01%. Sangat tipis, hampir flat.
Selain itu, The Fed juga memperkirakan ada perlambatan ekonomi di Negeri Paman Sam. Untuk tahun ini, ekonomi AS diperkirakan tumbuh 3% dan tahun depan melambat ke 2,3%.
AS adalah perekonomian nomor 1 dunia. Kala ekonomi AS melambat, maka dampaknya akan meluas ke seluruh negara dan menjadi perlambatan ekonomi global.
Potensi perlambatan ekonomi global membuat pelaku pasar ketar-ketir dan memilih bermain aman. Arus modal pun memihak ke dolar AS yang berstatus sebagai safe haven. Hasilnya, mata uang Asia kompak melemah termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Sementara pada akhir 2019, The Fed menargetkan suku bunga acuan berada di median 2,8%. Artinya, masih akan ada kenaikan Federal Funds Rate setidaknya dua kali lagi tahun depan.
Sebenarnya hasil rapat ini agak dovish, karena sebelumnya The Fed memasang target suku bunga acuan 3,1% pada akhir 2019. Namun bagaimana pun juga yang namanya kenaikan suku bunga acuan akan menjadi energi positif bagi dolar AS, setidaknya dalam jangka pendek.
Selain itu, The Fed juga memperkirakan ada perlambatan ekonomi di Negeri Paman Sam. Untuk tahun ini, ekonomi AS diperkirakan tumbuh 3% dan tahun depan melambat ke 2,3%.
AS adalah perekonomian nomor 1 dunia. Kala ekonomi AS melambat, maka dampaknya akan meluas ke seluruh negara dan menjadi perlambatan ekonomi global.
Potensi perlambatan ekonomi global membuat pelaku pasar ketar-ketir dan memilih bermain aman. Arus modal pun memihak ke dolar AS yang berstatus sebagai safe haven. Hasilnya, mata uang Asia kompak melemah termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular