The Fed Jadi Naikkan Suku Bunga tapi Wall Street Malah Amblas

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
20 December 2018 06:28
Wall Street rontok dalam sesi perdagangan yang bergejolak setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya.
Foto: Trader bekerja di lantai di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, New York, AS, 4 Desember 2018. REUTERS / Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street rontok, Rabu (19/12/2018), dalam sesi perdagangan yang bergejolak setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya untuk kali keempat tahun ini.

Dow Jones Industrial Average anjlok 351,98 poin atau 1,49% dan ditutup di 23.323,66, level terendahnya tahun ini. Sebelumnya, Dow Jones sempat menguat 380 poin sebelum keputusan The Fed disampaikan.


Indeks S&P 500 juga ditutup di level terendah tahun ini setelah jatuh 1,5% ke 2.506,96 akibat turunnya sektor teknologi dan perbankan. Nasdaq Composite terjun bebas 2,1% ke 6.636.83 dengan saham Apple kehilangan lebih dari 3%.

Bagi para pelaku pasar, pernyataan The Fed dan konferensi pers gubernurnya, Jerome Powell, setelah pengumuman tidak memberi sinyal bahwa bank sentral akan memperlambat laju kenaikan suku bunganya secepat yang diharapkan beberapa orang. Pasar kecewa saat Powell mengatakan bank sentral akan melanjutkan menurunkan neracanya dengan kecepatan yang sama dengan saat ini.

Dow Jones dan S&P 500 sedang menuju kinerja Desember terburuknya sejak Great Depression tahun 1931, jatuh masing-masing 8% dan 9% bulan ini. Dow Jones telah kehilangan lebih dari 1.250 poin pekan ini, dilansir dari CNBC International.

The Fed memutuskan menaikkan suku bunga acuannya 25 basis poin (bps) hari Rabu ke kisaran target 2,25%-2,5%, sesuai yang diperkirakan pasar. Namun, The Fed menurunkan proyeksi kenaikan bunganya tahun depan menjadi hanya dua kali dari sebelumnya tiga kali.

"Saya kira reaksi pasar terhadap semua ini adalah The Fed akan melebih-lebihkannya," kata James Paulsen, chief market strategist di Leuthold Group.

"Powell mengatakan ia tidak melihat masalah dalam penurunan neraca [bank sentral]. Itu menyakitkan, itu adalah satu jalur potensial sikap dovish yang tidak ia ambil," tambahnya.


Bank sentral mengizinkan pengurangan senilai US$50 miliar per bulan terhadap neracanya, yang merupakan sekumpulan obligasi yang dibeli The Fed untuk menstimulasi ekonomi saat dan setelah krisis keuangan terjadi.

"Saya rasa penurunan neraca telah berlangsung lancar dan sesuai tujuannya," kata Powell dalam konferensi pers. "Saya tidak melihat kami akan mengubahnya."

Saham-saham berjatuhan setelah pengumuman The Fed. Perusahaan konsumer, seperti Target, Amazon, Newell Brands, dan Nordstrom semuanya anjlok lebih dari 3%. Perbankan, seperti Citigroup dan Wells Fargo, kehilangan lebih dari 1,5%.

Pabrikan pesawat terbang Boeing anjlok 2,5% dan konglomerasi 3M juga kehilangan 2,3%.


Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun menyentuh posisi terendah barunya sejak 30 Mei di 2.798%. Yield obligasi tenor 30 tahun turun ke bawah 3%.

Pasar obligasi percaya The Fed telah terlalu banyak memperlambat perekonomian.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular