
Nantikan Pertemuan The Fed, Wall Street Akan Dibuka Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 December 2018 18:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 109 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 8 dan 22 poin.
Investor masih berburu saham-saham murah di AS pasca sell-off pada hari Senin (17/12/2018). Kala itu, Dow Jones anjlok 2,02%, S&P 500 amblas 1,91%, dan Nasdaq ambrol 2,27%.
Namun, indikasi datangnya resesi yang makin kencang digaungkan oleh pasar obligasi AS sangat mungkin membuat Wall Street mengakhiri hari di zona merah.
Pada perdagangan tanggal 4 Desember, terjadi inversi spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps). Hal ini merupakan indikasi awal dari datangnya resesi di AS.
Lebih lanjut, konfirmasi datang-tidaknya resesi bisa berasal dari inversi atas obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Pada perdagangan hari ini, spread yield antara kedua tenor tersebut adalah sebesar -43 bps. Memang belum terjadi inversi, tapi nilainya menipis dari posisi kemarin (18/12/2018) yang sebesar -44 bps atau semakin mengarah ke inversi.
Sebagai informasi, inversi pada spread yield obligasi AS tenor 3-5 tahun dan 3 bulan-10 tahun terjadi setidaknya pada 3 resesi terakhir yang dialami oleh AS.
Berbicara mengenai resesi, tanda-tandanya juga datang dari rilis data ekonomi. Di Jepang yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar ketiga dunia, ekspor periode November diumumkan hanya tumbuh sebesar 0,1% YoY, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
Lebih lanjut, pelaku pasar akan mencermati hasil dari pertemuan The Federal Reserve selaku bank sentral AS yang akan diumumkan pada dini hari nanti. Pelaku pasar akan mencermati arah kebijakan suku bunga acuan pada tahun depan. Saat ini, The Fed memproyeksikan akan ada kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun 2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jerome Powell, Kesabaran The Fed, & Semringahnya Wall Street
Investor masih berburu saham-saham murah di AS pasca sell-off pada hari Senin (17/12/2018). Kala itu, Dow Jones anjlok 2,02%, S&P 500 amblas 1,91%, dan Nasdaq ambrol 2,27%.
Namun, indikasi datangnya resesi yang makin kencang digaungkan oleh pasar obligasi AS sangat mungkin membuat Wall Street mengakhiri hari di zona merah.
Lebih lanjut, konfirmasi datang-tidaknya resesi bisa berasal dari inversi atas obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Pada perdagangan hari ini, spread yield antara kedua tenor tersebut adalah sebesar -43 bps. Memang belum terjadi inversi, tapi nilainya menipis dari posisi kemarin (18/12/2018) yang sebesar -44 bps atau semakin mengarah ke inversi.
Sebagai informasi, inversi pada spread yield obligasi AS tenor 3-5 tahun dan 3 bulan-10 tahun terjadi setidaknya pada 3 resesi terakhir yang dialami oleh AS.
Berbicara mengenai resesi, tanda-tandanya juga datang dari rilis data ekonomi. Di Jepang yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar ketiga dunia, ekspor periode November diumumkan hanya tumbuh sebesar 0,1% YoY, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
Lebih lanjut, pelaku pasar akan mencermati hasil dari pertemuan The Federal Reserve selaku bank sentral AS yang akan diumumkan pada dini hari nanti. Pelaku pasar akan mencermati arah kebijakan suku bunga acuan pada tahun depan. Saat ini, The Fed memproyeksikan akan ada kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun 2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jerome Powell, Kesabaran The Fed, & Semringahnya Wall Street
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular