Harga Bensin Tak Perlu Naik, Saham HMSP & GGRM Melesat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 December 2018 14:22
Harga Bensin Tak Perlu Naik, Saham HMSP & GGRM Melesat
Foto: Ilustrasi Produk Rokok (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (iHSG) menunjukkan performa yang menggembirakan pada hari ini. Dibuka melemah 0,09%, IHSG kini diperdagangkan menguat sebesar 1,13% ke level 6.150,81.

Jika dilihat lebih dalam, penguatan IHSG paling banyak disumbang oleh sektor barang konsumsi yang melejit sebesar 1,93%.

Penguatan sektor barang konsumsi salah satunya dipicu oleh melesatnya 2 harga saham emiten rokok yakni PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+3,29%) dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+2,79%).

Sementara itu, beberapa saham-saham barang konsumsi lainnya yang diburu investor adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (+2,12%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1,59%), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+0,25%).

Investor begitu gencar memburu saham-saham barang konsumsi seiring dengan anjloknya harga minyak mentah dunia. Pada perdagangan kemarin (18/12/2018), harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2019 anjlok 7,3% ke level US$ 46,24/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman Februari 2019 anjlok 5,62% ke level US$ 56,26/barel.

Kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan (oversupply) menjadi hantu bagi si emas hitam. Mengutip Reuters, produksi minyak di Rusia sudah menembus rekor baru di 11,42 juta barel/hari. Sementara total produksi minyak AS tahun ini diperkirakan mencapai 11,7 juta barel/hari, nomor 1 di dunia mengalahkan Rusia dan Arab Saudi.

Kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan terjadi kala perekonomian global diprediksi melambat. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini di kisaran 3,7% dan tahun depan melambat menjadi 3,5%.

Wajar jika harga minyak mentah anjlok.

Anjloknya harga minyak mentah lantas memantik optimisme bahwa defisit neraca berjalan (Current Account Deficit/CAD) bisa diredam pada kuartal terakhir tahun ini.

Pada akhirnya, harga jual bahan bakar minyak tak perlu dinaikkan sehingga daya beli masyarakat bisa dijaga.

Sekedar mengingatkan, pada perdagangan hari Senin (17/12/2018) indeks sektor barang konsumsi anjlok sebesar 1,75% merespons jebolnya defisit neraca dagang Indonesia.

Pada hari itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan defisit neraca dagang periode November sebesar US$ 2,05 miliar, jauh lebih dalam dari konsensus yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia sebesar US$ 990 juta saja. Posisi ini menjadi yang terdalam sepanjang tahun 2018.

Bengkaknya neraca dagang Indonesia pada bulan lalu salah satunya dipicu oleh impor minyak dan gas yang begitu kuat. Sepanjang November, impor migas melesat 11,05% YoY. Berbicara mengenai rokok, banyak persepsi salah yang beredar bahwa rokok merupakan barang inelastis, sehingga tekanan terhadap daya beli masyarakat tak akan mempengaruhi penjualan dari emiten-emiten rokok.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah tercatat selalu menaikkan cukai rokok. Kenaikan cukai rokok ini pada akhirnya di pass through ke konsumen dengan cara menaikkan harga jual. Dari sisi volume, terlihat bahwa penjualan HMSP dan GGRM sebenarnya menciut.

Pada tahun 2015, penjualan HMSP tercatat sebanyak 109,8 miliar batang. Pada tahun 2016 dan 2017, penjualannya turun menjadi masing-masing 105,5 miliar batang dan 101,3 miliar batang.

Sementara itu, penjualan GGRM pada tahun 2015 adalah sebanyak 78,6 miliar batang, sebelum kemudian turun menjadi 77,1 miliar batang pada tahun 2016. Pada tahun 2017, barulah penjualan perusahaan naik menjadi 78,65 miliar batang.

Dari tertekannya volume penjualan kedua perusahaan, bisa disimpulkan bahwa rokok sebenarnya merupakan barang elastis.

Lantas, tak adanya tekanan terhadap daya beli masyarakat seiring dengan tak dinaikannya harga jual bahan bakar minyak berpotensi menjaga tingkat penjualan dari emiten-emiten rokok seperti HMSP dan GGRM.

Apalagi, pemerintah sudah memutuskan untuk tidak menaikkan cukai rokok pada tahun depan.

"Tidak akan ada perubahan atau kenaikan cukai, kita akan menggunakan tingkat cukai yang ada sampai dengan 2018 ini," ujar Sri Mulyani pada bulan lalu.

Kedua sentimen positif tersebut (tak adanya kenaikan harga jual bahan bakar minyak dan cukai rokok) membuat investor begitu bernafsu memborong saham HMSP dan GGRM.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Gembira Emiten Rokok! Boleh Puasa Bayar Cukai 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular