Di Kurs Acuan dan Pasar Spot, Rupiah Menguat Hampir 1%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 December 2018 10:57
Antisipasi Pertemuan The Fed, Dolar AS Dilepas
Ilustrasi Money Changer (REUTERS/Johannes P. Christo)
Mayoritas mata uang Asia mampu menguat, karena dolar AS memang tertekan secara global. Pada pukul 10:15 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,25%. 

Pelaku pasar mengantisipasi hasil rapat bulanan The Federal Reserve/The Fed yang akan diumumkan dini hari nanti waktu Indonesia. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan adalah 69,8%, turun dibandingkan posisi seminggu yang lalu yaitu 75,8%. 

Investor mulai mengendus aroma dovish di tubuh The Fed. Memang kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate bulan ini masih cukup tinggi, tetapi untuk 2019 sepertinya Jerome 'Jay' Powell dan kolega mulai mengendurkan pedal gas, meski belum menginjak pedal rem. 


Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali pada 2019. Lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu tiga kali. 

Sebab, AS sendiri menghadapi risiko yang tidak kecil. Dalam jajak pendapat terpisah, konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS masih akan mengalami inversi, yaitu yield tenor jangka panjang lebih rendah ketimbang jangka pendek. 

Inverted yield merupakan pertanda awal terjadinya resesi, karena investor menilai risiko jangka pendek lebih besar ketimbang jangka panjang. Bahkan pelaku pasar memperkirakan resesi bisa terjadi pada 2020. 

Tidak hanya AS, ekonomi global juga berpotensi melambat pada 2019. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,7% tahun depan, melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%. Sementara Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini di kisaran 3,7%, dan tahun depan melambat menjadi 3,5%. 

Oleh karena itu, kebutuhan untuk mengencangkan kebijakan moneter menjadi kurang relevan. Di tengah risiko yang begitu besar, pengetatan kebijakan moneter bukan langkah yang bijak. 

Artinya, ke depan dolar AS akan menjadi kurang menarik karena kebijakan moneter yang tidak tidak lagi ketat. Investor pun mulai melepas mata uang ini, sehingga nilainya melemah. Situasi ini mampu dimanfaatkan oleh rupiah cs di Asia untuk mencetak penguatan. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular