
Perlambatan Ekonomi Global Masih Bayangi Pasar Obligasi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
18 December 2018 17:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah masih tertekan proyeksi melambatnya pertumbuhan perekonomian global.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0065 yang bertenor 15 tahun yang mengalami kenaikan yield sebesar 3,1 basis poin (bps) menjadi 8,32%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Bersamaan dengan seri 15 tahun, seri acuan lain yaitu seri 10 dan 20 tahun juga terkoreksi, sedangkan seri 5 tahun berhasil menguat tipis tadi sore dan bertahan hingga penutupan pasar.
Meskipun terkoreksi, penurunan harga efek utang rupiah pemerintah hari ini sudah mereda dibanding koreksi yang terjadi pada awal perdagangan.
Yield Obligasi Negara Acuan 18 Dec 2018
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 0,4 poin (0,17%) menjadi 234 dari posisi kemarin 233,6.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 530 bps, melebar dari posisi kemarin 524 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,82% dari posisi kemarin 2,88%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 892,33 triliun SBN, atau 37,63% dari total beredar Rp 2.371 triliun berdasarkan data per 14 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 8,26 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi persentasenya masih naik dari 37,8 % pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas, tetapi rupiah berhasil menguat di pasar valas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,12% menjadi 6.081 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,51% menjadi Rp 14.495 di hadapan tiap dolar AS.
Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,22% menjadi 96,889.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di hampir seluruh pasar yaitu di Brasil, India, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan juga menjadi mayoritas hari ini yaitu terjadi di pasar bund Jerman, pasar OATs Perancis, pasar gilts Inggris, dan pasar US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & BerkembangNegara
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0065 yang bertenor 15 tahun yang mengalami kenaikan yield sebesar 3,1 basis poin (bps) menjadi 8,32%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Bersamaan dengan seri 15 tahun, seri acuan lain yaitu seri 10 dan 20 tahun juga terkoreksi, sedangkan seri 5 tahun berhasil menguat tipis tadi sore dan bertahan hingga penutupan pasar.
Meskipun terkoreksi, penurunan harga efek utang rupiah pemerintah hari ini sudah mereda dibanding koreksi yang terjadi pada awal perdagangan.
Yield Obligasi Negara Acuan 18 Dec 2018
Seri | Benchmark | Yield 17 Dec 2018 (%) | Yield 18 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 18 Dec'18 |
FR0063 | 5 tahun | 8.091 | 8.085 | -0.60 | 7.9818 |
FR0064 | 10 tahun | 8.129 | 8.132 | 0.30 | 8.0972 |
FR0065 | 15 tahun | 8.291 | 8.322 | 3.10 | 8.2616 |
FR0075 | 20 tahun | 8.479 | 8.487 | 0.80 | 8.4602 |
Avg movement | 0.90 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 0,4 poin (0,17%) menjadi 234 dari posisi kemarin 233,6.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 530 bps, melebar dari posisi kemarin 524 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,82% dari posisi kemarin 2,88%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 892,33 triliun SBN, atau 37,63% dari total beredar Rp 2.371 triliun berdasarkan data per 14 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 8,26 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi persentasenya masih naik dari 37,8 % pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas, tetapi rupiah berhasil menguat di pasar valas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,12% menjadi 6.081 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,51% menjadi Rp 14.495 di hadapan tiap dolar AS.
Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,22% menjadi 96,889.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di hampir seluruh pasar yaitu di Brasil, India, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan juga menjadi mayoritas hari ini yaitu terjadi di pasar bund Jerman, pasar OATs Perancis, pasar gilts Inggris, dan pasar US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & BerkembangNegara
Yield 17 Dec 2018 (%) | Yield 18 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) | |
Brasil | 9.68 | 9.66 | -2.00 |
China | 3.402 | 3.409 | 0.70 |
Jerman | 0.257 | 0.233 | -2.40 |
Perancis | 0.737 | 0.708 | -2.90 |
Inggris | 1.267 | 1.239 | -2.80 |
India | 7.462 | 7.385 | -7.70 |
Italia | 2.954 | 2.95 | -0.40 |
Jepang | 0.031 | 0.032 | 0.10 |
Malaysia | 4.104 | 4.102 | -0.20 |
Filipina | 7.111 | 7.096 | -1.50 |
Rusia | 8.74 | 8.77 | 3.00 |
Singapura | 2.21 | 2.163 | -4.70 |
Thailand | 2.62 | 2.58 | -4.00 |
Turki | 17.03 | 16.96 | -7.00 |
Amerika Serikat | 2.857 | 2.828 | -2.90 |
Afrika Selatan | 9.14 | 9.115 | -2.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular