
Tak Cuma Dolar AS, Mata Uang Asia pun Dibabat Rupiah!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 December 2018 14:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat sejak pembukaan pasar. Ternyata tidak hanya di hadapan greenback, rupiah pun perkasa melawan mata uang lainnya di Asia.
Pada Selasa (18/12/2018) pukul 14:36 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.500. Rupiah menguat 0,48% dibandingkan posisi penutupan pasar sehari sebelumnya.
Penguatan rupiah sebenarnya agak tergerus, karena awalnya sempat menguat ke kisaran 0,5%. Ini membuat rupiah lengser dari posisi puncak di klasemen mata uang Asia.
Rupiah sempat merasakan menjadi mata uang terbaik di Asia, penguatan rupiah terhadap dolar AS menjadi yang teratas. Namun kemudian rupiah agak melambat, sementara rupee India malah melaju kencang dan mengkudeta rupiah di posisi puncak.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 14:39 WIB:
Rupiah memang bukan lagi jadi raja dalam hal penguatan di hadapan dolar AS. Namun rupiah tetap bisa berbangga karena mampu menguat terhadap berbagai mata uang utama Asia.
Berikut perkembangan kurs sejumlah mata uang Asia terhadap rupiah pada pukul 14:42 WIB:
Rupiah benar-benar terbantu karena penurunan harga minyak. Pada pukul 14:43 WIB, kejatuhan harga minyak semakin parah di mana jenis brent turun 1,94% sementara light sweet berkurang 2,01%.
Bagi Indonesia, penurunan harga minyak adalah berkah. Sebagai negara net importir migas, koreksi harga si emas hitam tentu akan membantu mengurangi beban impor. Pada November 2018, Indonesia mencatat defisit perdagangan migas sebesar US$ 1,46 miliar. Ini sangat berperan dalam menyebabkan defisit perdagangan yang mencapai US$ 2,05 miliar, terdalam sejak Juli 2013.
Saat harga minyak turun, maka biaya impor juga akan berkurang sehingga defisit migas juga mampu ditekan. Akibatnya, lebih sedikit devisa yang terpakai untuk impor migas sehingga rupiah punya pijakan yang lebih kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Kian Perkasa, Begini Analisis Penguatannya
Pada Selasa (18/12/2018) pukul 14:36 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.500. Rupiah menguat 0,48% dibandingkan posisi penutupan pasar sehari sebelumnya.
Penguatan rupiah sebenarnya agak tergerus, karena awalnya sempat menguat ke kisaran 0,5%. Ini membuat rupiah lengser dari posisi puncak di klasemen mata uang Asia.
Rupiah sempat merasakan menjadi mata uang terbaik di Asia, penguatan rupiah terhadap dolar AS menjadi yang teratas. Namun kemudian rupiah agak melambat, sementara rupee India malah melaju kencang dan mengkudeta rupiah di posisi puncak.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 14:39 WIB:
Rupiah memang bukan lagi jadi raja dalam hal penguatan di hadapan dolar AS. Namun rupiah tetap bisa berbangga karena mampu menguat terhadap berbagai mata uang utama Asia.
Berikut perkembangan kurs sejumlah mata uang Asia terhadap rupiah pada pukul 14:42 WIB:
Rupiah benar-benar terbantu karena penurunan harga minyak. Pada pukul 14:43 WIB, kejatuhan harga minyak semakin parah di mana jenis brent turun 1,94% sementara light sweet berkurang 2,01%.
Bagi Indonesia, penurunan harga minyak adalah berkah. Sebagai negara net importir migas, koreksi harga si emas hitam tentu akan membantu mengurangi beban impor. Pada November 2018, Indonesia mencatat defisit perdagangan migas sebesar US$ 1,46 miliar. Ini sangat berperan dalam menyebabkan defisit perdagangan yang mencapai US$ 2,05 miliar, terdalam sejak Juli 2013.
Saat harga minyak turun, maka biaya impor juga akan berkurang sehingga defisit migas juga mampu ditekan. Akibatnya, lebih sedikit devisa yang terpakai untuk impor migas sehingga rupiah punya pijakan yang lebih kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Kian Perkasa, Begini Analisis Penguatannya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular