
Di Bawah Target, WOM Finance Terbitkan Obligasi Rp 568,5 M
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
18 December 2018 13:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Obligasi Berkelanjutan III PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance, WOMF) Tahap I berpotensi diterbitkan hanya Rp 568,5 miliar, di bawah target Rp 800 miliar.
Jumlah potensi penerbitan Rp 568,5 miliar itu tertuang di dalam pengumuman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia semalam (17/12/18).
Surat utang itu terdiri dari tiga seri, yaitu A berkupon 9,25% dan bertenor 1 tahun senilai Rp 411,5 miliar, seri B berkupon 9,75% dan bertenor 2 tahun senilai Rp 9,75%, seri C berkupon 10% dan bertenor 3 tahun serta senilai Rp 119 miliar.
Selisih penerbitan yaitu Rp 231,5 miliar masih dapat diterbitkan menggunakan mekanisme penjaminan melalui kesanggupan terbaik (best effort) dari penjamin pelaksana emisi penerbitan obligasi tersebut.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi adalah PT Bahana Sekuritas, PT DBS Sekuritas Indonesia, PT Indo Premier Sekuritas, PT Maybank Kim Eng Sekuritas, dan PT RHB Sekuritas Indonesia.
Surat utang itu berniat didistribusikan kepada investor pada 20 Desember dan dicatatkan di bursa pada 21 Desember.
Pemegang saham WOM Finance terdiri dari PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) sebesar 68,55% per 30 September 2018, bersama dengan PT Wahana Makmur Sejati 23,24%, dan publik 8,21%.
Awalnya, perusahaan yang dipimpin Djaja Suryanto Sutandar itu didirikan dengan nama PT Jakarta Tokyo Leasing pada 1982. Perusahaan pernah berganti nama menjadi PT Wahana Ometraco Multi Artha hingga menjadi PT Wahana Ottomitra Multiartha pada Tahun 2000.
Pada 2004, perusahaan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya di bursa.
Salah satu pemegang saham WOM Finance yaitu Wahana Makmur Sejati merupakan perusahaan induk dari Grup Wahana Artha yang didirikan (Alm) M. Teddy Thohir, (Alm) Widjaja Budiman, Yanto Kasiman, dan Susianty Pranata.
Kelompok usaha tersebut, yang dipayungi PT Wahana Artha Harsaka, awalnya merupakan diler motor Honda dan saat ini sudah melebarkan sayap ke properti salah satunya Hotel Amaris Padjajaran dan restoran dengan cara mengakuisisi franchise Kyochon di Indonesia.
Grup Wahanaartha bermula dari PD Union Motor, gabungan dari empat diler Honda di kawasan Jakarta yaitu Aneka Motor, Umum Motor, Gembira Motor, dan Tomboro Motor pada 1972.
Keempatnya merupakan agen dari PT Astra International Tbk (ASII).
Union Motor akhirnya berubah nama menjadi PD Union Jaya Motor pada 1975.
Pada 1983, PD Union Jaya Motor merestrukturisasi perusahaan dengan memisahkan dua usaha menjadi dua perusahaan yaitu PT Wahana Makmur Sejati sebagai penyalur utama sepeda motor Honda serta PT Pro Union lndojaya sebagai penyalur sepeda motor Honda dan mobil Honda.
Di sisi lain, BNII membeli 67% saham WOM Finance sejak 2005 bersama rekanan strategisnya yaitu International Finance Corp (IFC) dan DBS Nominees Pte Ltd.
BNII, yang tadinya bernama PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII), didirikan sejak 1959 dan dibeli Grup Sinar Mas pada 1994.
Pada 2001, bank tersebut dilepas Grup Sinar Mas dan dikuasai Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), baru kemudian dibeli perusahaan investasi pemerintah Singapura yaitu Temasek pada 2003. Pada 2008, Maybank membeli BII.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Begini Proyeksi Penerbitan Obligasi di Q2-2019
Jumlah potensi penerbitan Rp 568,5 miliar itu tertuang di dalam pengumuman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia semalam (17/12/18).
Surat utang itu terdiri dari tiga seri, yaitu A berkupon 9,25% dan bertenor 1 tahun senilai Rp 411,5 miliar, seri B berkupon 9,75% dan bertenor 2 tahun senilai Rp 9,75%, seri C berkupon 10% dan bertenor 3 tahun serta senilai Rp 119 miliar.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi adalah PT Bahana Sekuritas, PT DBS Sekuritas Indonesia, PT Indo Premier Sekuritas, PT Maybank Kim Eng Sekuritas, dan PT RHB Sekuritas Indonesia.
Surat utang itu berniat didistribusikan kepada investor pada 20 Desember dan dicatatkan di bursa pada 21 Desember.
Pemegang saham WOM Finance terdiri dari PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) sebesar 68,55% per 30 September 2018, bersama dengan PT Wahana Makmur Sejati 23,24%, dan publik 8,21%.
Awalnya, perusahaan yang dipimpin Djaja Suryanto Sutandar itu didirikan dengan nama PT Jakarta Tokyo Leasing pada 1982. Perusahaan pernah berganti nama menjadi PT Wahana Ometraco Multi Artha hingga menjadi PT Wahana Ottomitra Multiartha pada Tahun 2000.
Pada 2004, perusahaan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya di bursa.
Salah satu pemegang saham WOM Finance yaitu Wahana Makmur Sejati merupakan perusahaan induk dari Grup Wahana Artha yang didirikan (Alm) M. Teddy Thohir, (Alm) Widjaja Budiman, Yanto Kasiman, dan Susianty Pranata.
Kelompok usaha tersebut, yang dipayungi PT Wahana Artha Harsaka, awalnya merupakan diler motor Honda dan saat ini sudah melebarkan sayap ke properti salah satunya Hotel Amaris Padjajaran dan restoran dengan cara mengakuisisi franchise Kyochon di Indonesia.
Grup Wahanaartha bermula dari PD Union Motor, gabungan dari empat diler Honda di kawasan Jakarta yaitu Aneka Motor, Umum Motor, Gembira Motor, dan Tomboro Motor pada 1972.
Keempatnya merupakan agen dari PT Astra International Tbk (ASII).
Union Motor akhirnya berubah nama menjadi PD Union Jaya Motor pada 1975.
Pada 1983, PD Union Jaya Motor merestrukturisasi perusahaan dengan memisahkan dua usaha menjadi dua perusahaan yaitu PT Wahana Makmur Sejati sebagai penyalur utama sepeda motor Honda serta PT Pro Union lndojaya sebagai penyalur sepeda motor Honda dan mobil Honda.
Di sisi lain, BNII membeli 67% saham WOM Finance sejak 2005 bersama rekanan strategisnya yaitu International Finance Corp (IFC) dan DBS Nominees Pte Ltd.
BNII, yang tadinya bernama PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII), didirikan sejak 1959 dan dibeli Grup Sinar Mas pada 1994.
Pada 2001, bank tersebut dilepas Grup Sinar Mas dan dikuasai Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), baru kemudian dibeli perusahaan investasi pemerintah Singapura yaitu Temasek pada 2003. Pada 2008, Maybank membeli BII.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Begini Proyeksi Penerbitan Obligasi di Q2-2019
Most Popular