Ekonomi Global Berpotensi Melambat, Harga Obligasi Tertekan

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
18 December 2018 13:20
Penurunan harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali tertekan ancaman melambatnya pertumbuhan ekonomi global. 

Penurunan harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. 

Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). 

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0065 yang bertenor 15 tahun.

Seri tersebut mengalami kenaikan yield 4,2 basis poin (bps) menjadi 8,33%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain yaitu seri acuan 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun juga terkoreksi dengan kenaikan yield yang lebih tipis. 
Yield Obligasi Negara Acuan 18 Dec 2018
SeriBenchmarkYield 17 Dec 2018 (%) Yield 18 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 17 Dec'18
FR00635 tahun8.0918.0940.308.0833
FR0064 10 tahun8.1298.1451.608.1263
FR006515 tahun8.2918.3334.208.2581
FR007520 tahun8.4798.5143.508.4715
Avg movement2.40
Sumber: Refinitiv 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 529 bps, melebar dari posisi kemarin 524 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,84% dari posisi kemarin 2,88%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 892,33 triliun SBN, atau 37,63% dari total beredar Rp 2.371 triliun berdasarkan data per 14 Desember. 

Angka kepemilikannya masih negatif Rp 8,26 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi persentasenya masih naik dari 37,8 % pada periode yang sama. 

Koreksi juga terjadi di pasar ekuitas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,75% menjadi 6.043 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,58% menjadi Rp 14.480 di hadapan tiap dolar AS. 

Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,03% menjadi 97,07. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan justru masih terjadi di mayoritas negara yaitu Brasil, India, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman dan US Treasury Amerika Serikat.

 Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 17 Dec 2018 (%)Yield 18 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.689.66-2.00
China3.4023.4211.90
Jerman0.2570.255-0.20
Perancis0.7370.7380.10
Inggris1.2671.2710.40
India7.4627.434-2.80
Italia2.9542.9812.70
Jepang0.0310.028-0.30
Malaysia4.1044.103-0.10
Filipina7.1117.1110.00
Rusia8.748.740.00
Singapura2.212.177-3.30
Thailand2.622.61-1.00
Turki17.0317.030.00
Amerika Serikat2.8572.846-1.10
Afrika Selatan9.149.2056.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Efek The Fed Memudar, SBN Diprediksi Menguat Pekan ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular