Dolar AS Mulai Ngerem, Rupiah Menyalip

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 December 2018 08:30
Dolar AS Mulai <i>Ngerem</i>, Rupiah Menyalip
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah bergerak searah dengan mata uang Asia yang mayoritas menguat di hadapan greenback. 

Pada Selasa (18/12/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar spot dihargai Rp 14.550. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah agak menipis. Pada pukul 08:10 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.555 di mana rupiah masih menguat 0,1%. 

Penguatan ini bisa diperkirakan sebelum pasar spot dibuka. Tanda-tanda apresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).  


Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,07% di hadapan dolar AS. Padahal rupiah hampir seharian melemah, dan baru menguat jelang penutupan pasar. 


Sampai pagi ini, dolar AS masih cenderung tertekan di Asia. Sebagian besar mata uang utama Benua Kuning mampu menguat terhadap dolar AS, dipimpin oleh rupee India. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:12 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Setelah sepanjang tahun ini menguat, sepertinya dolar AS mulai memasuki masa konsolidasi. Sejak awal tahun, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 5,44%. Pagi ini, Dollar Index melemah 0,04% pada pukul 08:15 WIB. 

Kebijakan moneter The Federal Reserve/The Fed menjadi biang kerok terhambatnya laju dolar AS. Memang betul bahwa Jerome 'Jay' Powell dan rekan sepertinya masih menaikkan suku bunga acuan bulan ini. Kemungkinannya mencapai 71,5%, mengutip CME Fedwatch. 

Namun untuk tahun depan, The Fed diperkirakan tidak seagresif 2018 di mana kenaikan suku bunga acuan kemungkinan besar mencapai empat kali. Untuk 2019, pelaku pasar memperkirakan hanya ada dua kali kenaikan Federal Funds Rate, lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu setidaknya tiga kali. 

Sebab, sepertinya perekonomian AS memang sudah melambat pada 2019. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi AS tumbuh 2,9% tahun ini dan melambat menjadi 2,5% tahun depan.  

Oleh karena itu, sebenarnya tujuan pengetatan moneter sudah tercapai yaitu mengerem laju ekonomi untuk menghindari overheating. Kebutuhan untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif sudah semakin mengecil. Sehingga dalam jangka menengah-panjang, dolar AS akan lebih sedikit diminati.

Dolar AS yang sedang menginjak pedal rem dimanfaatkan oleh rupiah cs di Asia untuk menyalip. Semoga laju rupiah tidak terhenti sampai penutupan pasar.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular