Neraca Dagang Jebol, Apa yang Akan Sri Mulyani Lakukan?
Iswari Anggit,
CNBC Indonesia
17 December 2018 12:57
Jakarta, CNBC Indonesia - Data neraca perdagangan November 2018 cukup mengkhawatirkan. Defisit neraca dagang kian melebar hingga US$ 2,05 miliar.
Apa kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menganggapi hal tersebut?
"Kita akan terus melihat bahwa faktor ekonomi luar dari sisi ekspor akan menjadi tantangan. Beberapa komoditas kita maupun pasar untuk mengekspor, harus dilihat secara hati-hati," kata Sri Mulyani di Gedung Dhanapala, Senin (17/12/2018).
Menurut Sri Mulyani, negara seperti China, pertumbuhan ekonominya tengah ada penyesuaian. Hal ini dikarenakan adanya banyak gangguan seperti perang dagang dengan AS.
"Kita harus melihat berbagai komoditas yang pasarnya sensitif terhadap isu-isu non-ekonomi, yang jadi penghambat ekspor kita," katanya.
"Sedangkan pasar-pasar baru, barangkali dalam kondisi ekonomi sekarang tendensinya melemah jadi kemampuan menyerap ekspor terbatas."
Lebih jauh Sri Mulyani menggarisbawahi, pengelolaan neraca pembayaran yang berhubungan dengan negara luar harus hati-hati. Sementara, apa yang bisa dilakukan pemerintah yakni dengan mendukung investasi melalui insentif.
"Kita harus hati-hati dalam mengelola eksternal account kita. Ekspor dipacu dari sisi daya kompetisi kita, berbagai kebijakan untuk mendukung seperti insentif namun kita perlu memahami dinamika pasar global sedang sangat tinggi atau tidak menentu," paparnya.
(dru) Next Article Top, Neraca Dagang Maret 2019 Surplus Lagi US$ 540 Juta
Apa kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menganggapi hal tersebut?
"Kita akan terus melihat bahwa faktor ekonomi luar dari sisi ekspor akan menjadi tantangan. Beberapa komoditas kita maupun pasar untuk mengekspor, harus dilihat secara hati-hati," kata Sri Mulyani di Gedung Dhanapala, Senin (17/12/2018).
Foto: Sri Mulyani dijumpai dalam gelaran CEO Networking 2018, di Jakarta, Senin (3/12/2018). (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty) |
Menurut Sri Mulyani, negara seperti China, pertumbuhan ekonominya tengah ada penyesuaian. Hal ini dikarenakan adanya banyak gangguan seperti perang dagang dengan AS.
"Kita harus melihat berbagai komoditas yang pasarnya sensitif terhadap isu-isu non-ekonomi, yang jadi penghambat ekspor kita," katanya.
"Sedangkan pasar-pasar baru, barangkali dalam kondisi ekonomi sekarang tendensinya melemah jadi kemampuan menyerap ekspor terbatas."
Lebih jauh Sri Mulyani menggarisbawahi, pengelolaan neraca pembayaran yang berhubungan dengan negara luar harus hati-hati. Sementara, apa yang bisa dilakukan pemerintah yakni dengan mendukung investasi melalui insentif.
"Kita harus hati-hati dalam mengelola eksternal account kita. Ekspor dipacu dari sisi daya kompetisi kita, berbagai kebijakan untuk mendukung seperti insentif namun kita perlu memahami dinamika pasar global sedang sangat tinggi atau tidak menentu," paparnya.
(dru) Next Article Top, Neraca Dagang Maret 2019 Surplus Lagi US$ 540 Juta
Tags
Related Articles
Recommendation
Most Popular
Foto: Sri Mulyani dijumpai dalam gelaran CEO Networking 2018, di Jakarta, Senin (3/12/2018). (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)