Neraca Dagang Jeblok Karena Rupiah Terlalu Kuat?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 December 2018 12:42

Pendorong utama penguatan rupiah pada November adalah kebijakan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6%. Keputusan ini di luar perkiraan, karena pelaku pasar memperkirakan Perry Warjiyo dan sejawat baru akan akan menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate pada Desember.
Akibat kenaikan suku bunga acuan, ada ekspektasi imbalan investasi (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan ikut terkerek. Arus modal deras mengalir ke Indonesia, khususnya di obligasi pemerintah.
Selama November, kepemilikan asing di obligasi negara bertambah Rp 35,61 triliun. Bahkan nilai kepemilikan asing menembus angka Rp 900 triliun, tertinggi sepanjang sejarah Republik Indonesia.
Ditambah lagi pemerintah memutuskan untuk membatalkan empat lelang obligasi yang tersisa hingga akhir tahun. Ini membuat pasokan obligasi berkurang, sehingga instrumen ini semakin menjadi buruan pelaku pasar.
Namun tidak hanya di obligasi, investor asing juga rajin berburu aset rupiah di pasar saham. Sepanjang November, investor asing membukukan beli bersih Rp 8,99 triliun.
Derasnya arus modal portofolio alias hot money itu membuat rupiah menguat tajam. Namun penguatan rupiah (apalagi kalau terlalu tajam) tidak selamanya positif. Neraca perdagangan sudah menjadi 'korban' dari keperkasaan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Akibat kenaikan suku bunga acuan, ada ekspektasi imbalan investasi (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan ikut terkerek. Arus modal deras mengalir ke Indonesia, khususnya di obligasi pemerintah.
Selama November, kepemilikan asing di obligasi negara bertambah Rp 35,61 triliun. Bahkan nilai kepemilikan asing menembus angka Rp 900 triliun, tertinggi sepanjang sejarah Republik Indonesia.
Ditambah lagi pemerintah memutuskan untuk membatalkan empat lelang obligasi yang tersisa hingga akhir tahun. Ini membuat pasokan obligasi berkurang, sehingga instrumen ini semakin menjadi buruan pelaku pasar.
Namun tidak hanya di obligasi, investor asing juga rajin berburu aset rupiah di pasar saham. Sepanjang November, investor asing membukukan beli bersih Rp 8,99 triliun.
Derasnya arus modal portofolio alias hot money itu membuat rupiah menguat tajam. Namun penguatan rupiah (apalagi kalau terlalu tajam) tidak selamanya positif. Neraca perdagangan sudah menjadi 'korban' dari keperkasaan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular