Top! IHSG Sempat Menguat Sendirian di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 December 2018 10:32
Top! IHSG Sempat Menguat Sendirian di Asia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham kawasan regional bisa dibilang hancur lebur pada perdagangan hari ini. Namun, hal ini ternyata tak menyurutkan minat investor saham tanah air untuk melakukan aksi beli.

Pada pukul 10:00 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 0,03% ke level 6.179,63. IHSG menjadi 1 dari 2 indeks saham di kawasan Asia yang bisa membukukan penguatan, bersama dengan indeks PSEi (Filipina).



Kemarin (13/12/2018), ECB mengumumkan tingkat suku bunga acuan ditahan di level 0%, tidak berubah sejak 2016.

Namun, ECB juga secara resmi mengakhiri program stimulus berupa pembelian surat-surat berharga (quantitative easing) yang selama ini dilakukan guna mendongkrak laju perekonomian Benua Biru.

Celakanya, pengetatan dilakukan kala di saat yang bersamaan ECB merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Benua Biru untuk 2018 dan 2019. Tahun ini, ekonomi Eropa diperkirakan tumbuh 1,9% sementara perkiraan sebelumnya adalah 2%. Kemudian untuk 2019, proyeksi pertumbuhan ekonomi direvisi dari 1,8% menjadi 1,7%.

"Risiko di Eropa masih relatif seimbang. Namun memang ada potensi ke bawah (downside risk) akibat faktor ketegangan geopolitik, proteksionisme, kerentanan di negara-negara berkembang, dan volatilitas di pasar keuangan," kata Gubernur ECB Mario Draghi dalam jumpa pers usai rapat, mengutip Reuters.

Dikhawatirkan, pengetatan yang dilakukan ECB akan menjadi blunder dengan memukul perekonomian Eropa lebih dalam dari yang diperkirakan. Apalagi, ketidakpastian mengenai proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) juga masih lekat menempel perekonomian Eropa. Pada pukul 9:00 WIB, pertumbuhan produksi industri China periode November diumumkan sebesar 5,4% YoY, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 5,9% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.

Kemudian, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode yang sama diumumkan tumbuh hanya sebesar 8,1% YoY, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 8,8% YoY.

Rilis data ini mengindikasikan bahwa perekonomian China begitu tertekan oleh perang dagang yang selama ini berkecamuk dengan AS. Kemarin siang, investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) di China diumumkan terkontraksi sebesar 1,3% YoY hingga bulan November. Capaian ini jauh lebih buruk dari capaian hingga bulan Oktober yakni ekspansi sebesar 3,3% YoY.

Secara siklusnya, perekonomian China memang sedang menghadapi risiko perlambatan. Namun, perang dagang dengan AS berpotensi membuat China mengalami hard landing.

Pada tahun 2017, perekonomian China membukukan pertumbuhan sebesar 6,9%. Pada tahun ini, pemerintah China memproyeksikan pertumbuhan akan melambat ke level 6,5%. Sektor barang konsumsi (+0,59%) menjadi penyelamat IHSG dari derasnya sentimen negatif yang ada. Saham-saham barang konsumsi yang diburu investor pada hari ini diantaranya: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+4,33%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,15%), PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk/ULTJ (+0,89%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+0,53%).

Potensi perbaikan penjualan barang-barang ritel membuat investor gencar mengoleksi saham-saham barang konsumsi. Pada bulan Oktober, Indeks Penjualan Riil (IPR) tercatat tumbuh sebesar 2,9% YoY, melambat ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 4,8% YoY.

Memasuki bulan November, situasinya nampak akan membaik. Angka sementara untuk pertumbuhan IPR periode November adalah sebesar 3,4% YoY, membaik dari capaian bulan Oktober. Capaian tersebut juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,5% YoY.

Kehadiran musim liburan pada penghujung tahun menjadi faktor yang mendongkrak penjualan ritel di tanah air.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular