
Hari Ini Milik Rupiah!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 December 2018 10:40

Risk appetite investor memang sedang tinggi karena perkembangan global yang kondusif. Hubungan AS-China yang sejak awal tahun tegang kini berbalik mesra.
Pembicaraan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina pada awal Desember memberi efek domino yang luar biasa. Washington-Beijing kini sedang akur dan mereka serius memperbaiki hubungan yang sempat panas.
Mengutip Reuters, China semakin berkomitmen untuk membuka perekonomiannya kepada dunia. China kini melunak dalam menjalankan visi Made in China 2025, sebuah konsep yang bertujuan menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai pemain utama industri teknologi tinggi (semikonduktor, robotika, aeronautika, kendaraan ramah lingkungan, dan kecerdasan buatan) untuk membuka jalan menuju negara adikuasa pada 2050.
Tidak sekedar jargon, pemerintah mendukung penuh program ini dengan subsidi. Akibatnya, pemain asing hampir tidak bisa berkompetisi.
Namun kini pemerintah China mulai melunak karena ingin lebih membuka diri. Dalam panduan terakhir yang dirilis Dewan Negara, pemerintah China mengeluarkan kewajiban penggunaan kata-kata Made in China 2025. Artinya, China berkomitmen untuk membuka pasar mereka bagi produk dan investasi dari luar negeri. Perkembangan ini akan semakin memuluskan jalan menuju damai dagang dengan AS.
AS juga berupaya untuk mengakomodasi kepentingan China. Tidak main-main, Trump bahkan rela mengintervensi proses hukum yang sedang dijalani oleh petinggi Huawei. Sebelumnya, CFO Huawei Meng Wanzhou ditahan oleh aparat penegak hukum Kanada karena bertransaksi dengan pihak dari Iran.
"Apa pun yang terbaik bagi negara ini, akan saya lakukan. Ini akan menjadi kesepakatan dagang terbesar dalam sejarah, dan pasti sangat penting. Saya tentu akan melakukan intervensi jika memang diperlukan," tegas Trump, mengutip Reuters.
Prospek berakhirnya perang dagang AS-China yang semakin nyata membuat investor berbunga-bunga. Tidak ada lagi istilah bermain aman, risk appetite pun membuncah. Aliran modal deras mengalir ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 67,24 miliar yang membantu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengat 0,71% pada pukul 10:25 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 6,8 basis poin. Penurunan yield merupakan pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar.
Minat investor terhadap aset-aset di Indonesia membawa rupiah berjaya di Asia. Memang masih terlalu dini, tetapi sepertinya wajar untuk mengatakan bahwa hari ini milik rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Mengutip Reuters, China semakin berkomitmen untuk membuka perekonomiannya kepada dunia. China kini melunak dalam menjalankan visi Made in China 2025, sebuah konsep yang bertujuan menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai pemain utama industri teknologi tinggi (semikonduktor, robotika, aeronautika, kendaraan ramah lingkungan, dan kecerdasan buatan) untuk membuka jalan menuju negara adikuasa pada 2050.
Namun kini pemerintah China mulai melunak karena ingin lebih membuka diri. Dalam panduan terakhir yang dirilis Dewan Negara, pemerintah China mengeluarkan kewajiban penggunaan kata-kata Made in China 2025. Artinya, China berkomitmen untuk membuka pasar mereka bagi produk dan investasi dari luar negeri. Perkembangan ini akan semakin memuluskan jalan menuju damai dagang dengan AS.
AS juga berupaya untuk mengakomodasi kepentingan China. Tidak main-main, Trump bahkan rela mengintervensi proses hukum yang sedang dijalani oleh petinggi Huawei. Sebelumnya, CFO Huawei Meng Wanzhou ditahan oleh aparat penegak hukum Kanada karena bertransaksi dengan pihak dari Iran.
"Apa pun yang terbaik bagi negara ini, akan saya lakukan. Ini akan menjadi kesepakatan dagang terbesar dalam sejarah, dan pasti sangat penting. Saya tentu akan melakukan intervensi jika memang diperlukan," tegas Trump, mengutip Reuters.
Prospek berakhirnya perang dagang AS-China yang semakin nyata membuat investor berbunga-bunga. Tidak ada lagi istilah bermain aman, risk appetite pun membuncah. Aliran modal deras mengalir ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 67,24 miliar yang membantu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengat 0,71% pada pukul 10:25 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 6,8 basis poin. Penurunan yield merupakan pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar.
Minat investor terhadap aset-aset di Indonesia membawa rupiah berjaya di Asia. Memang masih terlalu dini, tetapi sepertinya wajar untuk mengatakan bahwa hari ini milik rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular