
Hari Ini Milik Rupiah!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 December 2018 10:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs acuan. Rupiah juga perkasa di pasar spot, bahkan menjadi mata uang terbaik di Asia.
Pada Kamis (13/12/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.536. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Kemarin, rupiah juga menguat 0,25% di kurs acuan. Penguatan rupiah secara beruntun ini terjadi untuk kali pertama sejak awal Desember.
Sementara di pasar spot, rupiah juga berjaya. Pada pukul 10:05 WIB, US$ 1 ditransaksikan Rp 14.525 di mana rupiah menguat 0,48%.
Sejak awal pekan, rupiah cenderung melemah di hadapan dolar AS. Pada awal pekan, rupiah melemah 0,59%. Kemudian sehari sesudahnya melemah 0,39%, dan kemarin hanya mampu stagnan.
Sejauh ini, rupiah berada di jalur yang benar dalam menjalankan misi balas dendamnya. Rupiah mampu bangkit dari keterpurukan hingga mampu merangsek ke papan atas klasemen mata uang Asia.
Mayoritas mata uang utama Asia memang menguat terhadap dolar AS, hanya yen Jepang dan dolar Taiwan yang melemah. Namun pencapaian rupiah cukup impresif.
Dengan apresiasi 0,48%, rupiah adalah mata uang terbaik di Benua Kuning. Dalam hal penguatan di hadapan greenback, tidak ada yang mengalahkan rupiah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia di pasar spot pada pukul 10:08 WIB:
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (13/12/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.536. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Kemarin, rupiah juga menguat 0,25% di kurs acuan. Penguatan rupiah secara beruntun ini terjadi untuk kali pertama sejak awal Desember.
Sementara di pasar spot, rupiah juga berjaya. Pada pukul 10:05 WIB, US$ 1 ditransaksikan Rp 14.525 di mana rupiah menguat 0,48%.
Sejak awal pekan, rupiah cenderung melemah di hadapan dolar AS. Pada awal pekan, rupiah melemah 0,59%. Kemudian sehari sesudahnya melemah 0,39%, dan kemarin hanya mampu stagnan.
Sejauh ini, rupiah berada di jalur yang benar dalam menjalankan misi balas dendamnya. Rupiah mampu bangkit dari keterpurukan hingga mampu merangsek ke papan atas klasemen mata uang Asia.
Mayoritas mata uang utama Asia memang menguat terhadap dolar AS, hanya yen Jepang dan dolar Taiwan yang melemah. Namun pencapaian rupiah cukup impresif.
Dengan apresiasi 0,48%, rupiah adalah mata uang terbaik di Benua Kuning. Dalam hal penguatan di hadapan greenback, tidak ada yang mengalahkan rupiah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia di pasar spot pada pukul 10:08 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Risk appetite investor memang sedang tinggi karena perkembangan global yang kondusif. Hubungan AS-China yang sejak awal tahun tegang kini berbalik mesra. Pembicaraan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina pada awal Desember memberi efek domino yang luar biasa. Washington-Beijing kini sedang akur dan mereka serius memperbaiki hubungan yang sempat panas.
Mengutip Reuters, China semakin berkomitmen untuk membuka perekonomiannya kepada dunia. China kini melunak dalam menjalankan visi Made in China 2025, sebuah konsep yang bertujuan menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai pemain utama industri teknologi tinggi (semikonduktor, robotika, aeronautika, kendaraan ramah lingkungan, dan kecerdasan buatan) untuk membuka jalan menuju negara adikuasa pada 2050.
Tidak sekedar jargon, pemerintah mendukung penuh program ini dengan subsidi. Akibatnya, pemain asing hampir tidak bisa berkompetisi.
Namun kini pemerintah China mulai melunak karena ingin lebih membuka diri. Dalam panduan terakhir yang dirilis Dewan Negara, pemerintah China mengeluarkan kewajiban penggunaan kata-kata Made in China 2025. Artinya, China berkomitmen untuk membuka pasar mereka bagi produk dan investasi dari luar negeri. Perkembangan ini akan semakin memuluskan jalan menuju damai dagang dengan AS.
AS juga berupaya untuk mengakomodasi kepentingan China. Tidak main-main, Trump bahkan rela mengintervensi proses hukum yang sedang dijalani oleh petinggi Huawei. Sebelumnya, CFO Huawei Meng Wanzhou ditahan oleh aparat penegak hukum Kanada karena bertransaksi dengan pihak dari Iran.
"Apa pun yang terbaik bagi negara ini, akan saya lakukan. Ini akan menjadi kesepakatan dagang terbesar dalam sejarah, dan pasti sangat penting. Saya tentu akan melakukan intervensi jika memang diperlukan," tegas Trump, mengutip Reuters.
Prospek berakhirnya perang dagang AS-China yang semakin nyata membuat investor berbunga-bunga. Tidak ada lagi istilah bermain aman, risk appetite pun membuncah. Aliran modal deras mengalir ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 67,24 miliar yang membantu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengat 0,71% pada pukul 10:25 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 6,8 basis poin. Penurunan yield merupakan pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar.
Minat investor terhadap aset-aset di Indonesia membawa rupiah berjaya di Asia. Memang masih terlalu dini, tetapi sepertinya wajar untuk mengatakan bahwa hari ini milik rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Mengutip Reuters, China semakin berkomitmen untuk membuka perekonomiannya kepada dunia. China kini melunak dalam menjalankan visi Made in China 2025, sebuah konsep yang bertujuan menjadikan Negeri Tirai Bambu sebagai pemain utama industri teknologi tinggi (semikonduktor, robotika, aeronautika, kendaraan ramah lingkungan, dan kecerdasan buatan) untuk membuka jalan menuju negara adikuasa pada 2050.
Tidak sekedar jargon, pemerintah mendukung penuh program ini dengan subsidi. Akibatnya, pemain asing hampir tidak bisa berkompetisi.
Namun kini pemerintah China mulai melunak karena ingin lebih membuka diri. Dalam panduan terakhir yang dirilis Dewan Negara, pemerintah China mengeluarkan kewajiban penggunaan kata-kata Made in China 2025. Artinya, China berkomitmen untuk membuka pasar mereka bagi produk dan investasi dari luar negeri. Perkembangan ini akan semakin memuluskan jalan menuju damai dagang dengan AS.
AS juga berupaya untuk mengakomodasi kepentingan China. Tidak main-main, Trump bahkan rela mengintervensi proses hukum yang sedang dijalani oleh petinggi Huawei. Sebelumnya, CFO Huawei Meng Wanzhou ditahan oleh aparat penegak hukum Kanada karena bertransaksi dengan pihak dari Iran.
"Apa pun yang terbaik bagi negara ini, akan saya lakukan. Ini akan menjadi kesepakatan dagang terbesar dalam sejarah, dan pasti sangat penting. Saya tentu akan melakukan intervensi jika memang diperlukan," tegas Trump, mengutip Reuters.
Prospek berakhirnya perang dagang AS-China yang semakin nyata membuat investor berbunga-bunga. Tidak ada lagi istilah bermain aman, risk appetite pun membuncah. Aliran modal deras mengalir ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 67,24 miliar yang membantu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengat 0,71% pada pukul 10:25 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 6,8 basis poin. Penurunan yield merupakan pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar.
Minat investor terhadap aset-aset di Indonesia membawa rupiah berjaya di Asia. Memang masih terlalu dini, tetapi sepertinya wajar untuk mengatakan bahwa hari ini milik rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular