
Dari Posisi Puncak, Kini Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 December 2018 12:42

Mayoritas mata uang Asia berhasil memanfaatkan minat investor yang sedang tinggi terhadap aset-aset berisiko. Maklum, ada sentimen positif signifikan bernama damai dagang AS-China.
Dalam wawancara dengan Reuters, Presiden AS Donald Trump menyiratkan hubungan Washington-Beijing kini sedang memasuki masa bulan madu. Trump mengatakan bahwa China mulai memborong kedelai asal AS. Ini merupakan tindak lanjut dari pembicaraannya dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Argentina akhir bulan lalu.
"Saya baru saja mendengar bahwa China membeli banyak kedelai. Ini mereka baru mulai, baru mulai," ungkapnya.
Oleh karena itu, Trump pun menepati janjinya dengan tidak menaikkan tarif bea masuk bagi produk-produk China. Sedianya tarif bea masuk bagi impor produk China senilai US$ 200 miliar akan naik dari 10% menjadi 25% pada 1 Januari 2015. "Saya tidak akan menaikkan bea masuk sampai terjadi kesepakatan," katanya.
Berbagai perkembangan tersebut jelas menggambarkan bahwa damai dagang AS-China bukan sesuatu yang mustahil. Terbuka kemungkinan AS-China akan mengakhiri perang dagang yang memanas sejak awal tahun ini.
Investor pun bergairah dan bersemangat memburu cuan. Aliran modal mengalir deras ke negara-negara berkembang di Asia, sehingga memperkuat mata uang. Sementara aset aman seperti yen ditinggalkan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Next Page
Rupiah Gagal Nikmati Angin Surga
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular