Hingga Tengah Hari, IHSG Jadi yang Terburuk Kedua di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 December 2018 12:50
Hingga Tengah Hari, IHSG Jadi yang Terburuk Kedua di Asia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,26%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memperlebar kekalahannya menjadi 0,52% per akhir sesi 1 ke level 6.079,49.

Nasib IHSG senada dengan mayoritas bursa saham kawasan Asia yang juga diperdagangkan melemah. Namun, pelemahan IHSG merupakan yang terparah setelah indeks Nifty 50 (India) yang terkoreksi sebesar 0,81%.



Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,65 triliun dengan volume sebanyak 5,49 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 227.778 kali.

Sentimen eksternal memang kurang mendukung bagi bursa saham Benua Kuning. Perkembangan dari kasus yang menimpa CFO Huawei global Meng Wanzhou membuat investor bermain aman dengan melepas instrumen berisiko di kawasan Asia. Kemarin, Meng menjalani sidang terkait dengan bebas tahanan selama pengadilan (bail hearing).

Pengacara dari Meng Wanzhou mengatakan bahwa kliennya bersedia memakai alat pelacak dan membayar perusahaan keamanan untuk memantau pergerakannya. Suami Meng Wanzhou juga mengajukan 2 rumah di Vancouver ditambah dengan US$1 juta dolar Kanada sebagai jaminan untuk membebaskan Meng dari tahanan.

Penuntut dari Kanada mengatakan bahwa Meng memiliki sumber daya dan insentif yang besar untuk kabur dari Kanada jika permintaan bebas tahanan dikabulkan. Hingga kini, belum ada keputusan mengenai permintaan Meng.

Sebagai informasi, beberapa waktu yang lalu Meng ditahan oleh Kanada atas perintah AS, dalam rangka investigasi terkait dengan penggunaan sistem perbankan global oleh Huawei untuk menghindari sanksi AS terhadap Iran. Salah satu bank yang terjebak dalam investigasi ini adalah HSBC.

Sebelumnya, pihak China mengutuk perlakuan Kanada sebagai tindakan "tidak manusiawi" dan "melanggar hak asasi manusia". Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang pasca Meng Wanzhou dikabarkan tidak menerima proses pengobatan medis yang seharusnya saat menjadi tahanan.

Dalam catatan yang diisi oleh pengacaranya, Meng memang mengaku isu kesehatan yang dimilikinya memerlukan perawatan medis harian. Isu kesehatan itu mencakup Meng Wanzhou yang mengidap kanker tiroid, hipertensi parah, dan sleep apnea.

"Saya terus merasa tidak enak badan dan khawatir bahwa kondisi kesehatan saya akan menurun saat saya ditahan," tulis Meng Wanzhou dalam catatan hukumnya, seperti dikutip dari Straits Times.

"Saya saat ini kesulitan memakan makanan padat dan harus memodifikasi pola makan untuk mengatasi isu tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, dokter saya menyediakan paket pengobatan harian," tambah eksekutif Huawei tersebut.

Eskalasi dalam kasus penangkapan Meng menimbulkan kekhawatiran bahwa AS dan China akan semakin sulit untuk mengakhiri perang dagang yang selama ini berkecamuk.
Dari Benua Biru, ada kabar kurang mengenakan yang datang dari proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Perdana Menteri Theresa May sejatinya berencana membawa kesepakatan Brexit yang sudah disepakati dengan Uni Eropa ke hadapan parlemen pada hari ini untuk kemudian dilakukan pemungutan suara.

Namun, May pada akhirnya membatalkan pemungutan suara tersebut. Berbicara di hadapan anggota parlemen, May mengatakan bahwa isu yang terkait dengan backstop di Irlandia utara masih menjadi kekhawatiran dan dirinya akan kembali menegosiasikan perjanjian yang sudah ada dengan Uni Eropa.

“Saya akan mengadakan perbincangan darurat dengan para pimpinan Uni Eropa untuk mendiskusikan perubahan-perubahan (yang mungkin dilakukan) terkait backstop,” papar May.

Masalahnya, pihak Uni Eropa sudah sempat memperingatkan bahwa kesepakatan yang saat ini ada merupakan yang terbaik.

"Mereka yang berpikir bahwa dengan menolak kesepakatan ini bisa mendapat yang lebih baik, maka akan kecewa. Ini adalah kesepakatan yang terbaik," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker beberapa waktu yang lalu.

Negosiasi lanjutan dengan Uni Eropa dipastikan akan berlangsung dengan sulit. Besar kemungkinan Inggris akhirnya tak mendapatkan kesepakatan yang lebih baik. Yang ada, ribut-ribut antara Inggris dengan Uni Eropa bisa kembali terjadi. Dari kawasan regional, sentimen negatif datang dari tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat jelas dari data ekonomi yang akhir-akhir ini dirilis. Pada hari Sabtu (8/12/2018), ekspor China pada bulan November diumumkan naik 5,4 YoY, di bawah konsensus yang dihimpun Reuters sebesar 10% YoY.

Adapun impor China hanya tumbuh 3% YoY, juga lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 14,5% YoY. Pertumbuhan impor di bulan lalu juga menjadi yang terlambat sejak Oktober 2016.

Beralih ke Jepang, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018 direvisi turun menjadi -2,5% secara annualized, dari yang sebelumnya -1,2%. Pelemahan IHSG paling banyak disumbang oleh sektor barang konsumsi yang terkoreksi hingga 0,89%. Saham-saham barang konsumsi yang banyak dilepas investor diantaranya: PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-3,48%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-2,02%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,07%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-0,77%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,17%).

Investor asing terpantau cukup gencar melepas saham-saham barang konsumsi. Saham GGRM dilepas senilai Rp 12,48 miliar, KLBF Rp 4,84 miliar, dan INDF Rp 3,03 miliar.

Pelaku pasar ‘menghukum’ saham-saham barang konsumsi seiring dengan rilis Survei Penjualan Eceran periode Oktober 2018 oleh Bank Indonesia kemarin (10/12/2018). Pada bulan Oktober, Indeks Penjualan Riil (IPR) tercatat tumbuh sebesar 2,9% YoY, melambat ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 4,8% YoY. Alhasil, sudah dua bulan berturut-turut pertumbuhan penjualan ritel di Indonesia mengalami perlambatan.

Melihat datanya lebih dalam, salah satu pos yang mengalami tekanan signifikan adalah makanan, minuman & tembakau. Pada bulan September, pertumbuhan penjualan dari pos ini adalah sebesar 6,1% YoY. Pada bulan Oktober, nilainya anjlok menjadi 3,3% saja.

Memasuki bulan November, situasinya nampak akan membaik. Angka sementara untuk pertumbuhan IPR periode November adalah sebesar 3,4% YoY, membaik dari capaian bulan Oktober. Capaian tersebut juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,5% YoY.

Kehadiran musim liburan pada penghujung tahun menjadi faktor yang mendongkrak penjualan ritel di tanah air.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular