
Potensi Resesi di AS & Data Ekonomi Bawa Bursa Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 December 2018 18:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia ditutup melemah pada perdagangan pertama di pekan ini: indeks Nikkei turun 2,12%, indeks Shanghai turun 0,82%, indeks Hang Seng turun 1,19%, indeks Straits Times turun 1,24%, dan indeks Kospi turun 1,06%.
Pasar obligasi AS yang masih mengindikasikan datangnya resesi membuat investor enggan menyentuh instrumen berisiko seperti saham. Pada tanggal 4 Desember 2018, terjadi inversi spread imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps).
Hal ini merupakan indikasi awal dari akan datangnya resesi di AS. Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun. Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir, inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Pada perdagangan hari ini, posisinya masih sama yakni sebesar 2 bps.
Kemudian, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun masih berada dalam rentang yang tipis, yakni sebesar -46 bps. Memang belum terjadi inversi, namun posisinya jauh menipis dibandingkan posisi pada awal bulan lalu yang sebesar -82 bps.
Sebagai informasi, konfirmasi datang atau tidaknya resesi bisa berasal dari pergerakan spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Pasalnya dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Dari kawasan regional, pukulan telak datang dari rilis data ekonomi di Jepang. Pada pagi hari ini, pembacaan final untuk pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal-III 2018 diumumkan sebesar -0,6% QoQ. Kontraksi ini lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 0,5% QoQ, seperti dilansir dari Trading Economics.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!
Pasar obligasi AS yang masih mengindikasikan datangnya resesi membuat investor enggan menyentuh instrumen berisiko seperti saham. Pada tanggal 4 Desember 2018, terjadi inversi spread imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps).
Kemudian, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun masih berada dalam rentang yang tipis, yakni sebesar -46 bps. Memang belum terjadi inversi, namun posisinya jauh menipis dibandingkan posisi pada awal bulan lalu yang sebesar -82 bps.
Sebagai informasi, konfirmasi datang atau tidaknya resesi bisa berasal dari pergerakan spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Pasalnya dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Dari kawasan regional, pukulan telak datang dari rilis data ekonomi di Jepang. Pada pagi hari ini, pembacaan final untuk pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal-III 2018 diumumkan sebesar -0,6% QoQ. Kontraksi ini lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 0,5% QoQ, seperti dilansir dari Trading Economics.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular