
Dow Jones Berpotensi Anjlok 192 Poin Nanti Malam, Kenapa?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 December 2018 11:09

Tamparan bagi Wall Street juga datang dari melesatnya harga minyak mentah dunia. Pada perdagangan hari Jumat (7/12/2018), harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2019 menguat 1,24% ke level US$ 52,13/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman Februari 2019 menguat 2,68% ke level US$ 61,67/barel.
Kemudian pada hari ini, minyak WTI melemah tipis 0,27%, sementara brent menguat 0,66%.
Harga minyak mentah menguat pasca negara-negara eksportir minyak dunia, baik OPEC maupun non-OPEC, menyepakati pemotongan produksi sebanyak 1,2 juta barel per hari. Rincinya adalah 15 negara OPEC sepakat memangkas produksi sebanyak 800 ribu barel per hari, sementara Rusia dan produsen minyak sekutu lainnya mengurangi produksi sebanyak 400 ribu barel per hari.
Pemangkasan ini tak jauh berbeda dengan keinginan Arab Saudi yang sebelumnya ingin OPEC dan sekutunya menahan pasokan paling tidak 1,3 juta barel per hari.
Padahal, Presiden AS Donald Trump sudah secara tegas mengungkapkan keinginannya supaya OPEC tak memangkas produksi minyak.
“Semoga OPEC akan mempertahankan pasokan minyak seperti saat ini, tak dibatasi. Dunia tidak ingin melihat, atau membutuhkan, harga minyak yang lebih tinggi!” cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump sebelum OPEC menggelar pertemuan di Wina, Austria.
Trump pun ‘dikhianati’ oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad Bin Salman Al Saud. Pasalnya, Trump sudah pasang badan dengan tak memberikan sanksi kepada Arab Saudi ataupun sang Putra Mahkota pasca investigasi dari CIA menyimpulkan bahwa dirinya terlibat dalam pembunuhan jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi.
Melejitnya harga minyak mentah tentu merupakan kabar buruk bagi Wall Street. Ketika harga minyak mentah melejit, harga bensin di AS akan menjadi lebih mahal sehingga perekonomian bisa tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy)
Kemudian pada hari ini, minyak WTI melemah tipis 0,27%, sementara brent menguat 0,66%.
Harga minyak mentah menguat pasca negara-negara eksportir minyak dunia, baik OPEC maupun non-OPEC, menyepakati pemotongan produksi sebanyak 1,2 juta barel per hari. Rincinya adalah 15 negara OPEC sepakat memangkas produksi sebanyak 800 ribu barel per hari, sementara Rusia dan produsen minyak sekutu lainnya mengurangi produksi sebanyak 400 ribu barel per hari.
Padahal, Presiden AS Donald Trump sudah secara tegas mengungkapkan keinginannya supaya OPEC tak memangkas produksi minyak.
“Semoga OPEC akan mempertahankan pasokan minyak seperti saat ini, tak dibatasi. Dunia tidak ingin melihat, atau membutuhkan, harga minyak yang lebih tinggi!” cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump sebelum OPEC menggelar pertemuan di Wina, Austria.
Trump pun ‘dikhianati’ oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad Bin Salman Al Saud. Pasalnya, Trump sudah pasang badan dengan tak memberikan sanksi kepada Arab Saudi ataupun sang Putra Mahkota pasca investigasi dari CIA menyimpulkan bahwa dirinya terlibat dalam pembunuhan jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi.
Melejitnya harga minyak mentah tentu merupakan kabar buruk bagi Wall Street. Ketika harga minyak mentah melejit, harga bensin di AS akan menjadi lebih mahal sehingga perekonomian bisa tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular