Awali Pekan, Rupiah Langsung Tersungkur ke Posisi Juru Kunci

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 December 2018 08:56
Awali Pekan, Rupiah Langsung Tersungkur ke Posisi Juru Kunci
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual langsung menghampiri rupiah pada perdagangan pertama di pekan ini. Dibuka melemah 0,03% di pasar spot ke level Rp 14.470/dolar AS, rupiah sudah melemah 0,35% hingga pukul 8:35 WIB ke level Rp 14.515/dolar AS.

Rupiah melemah kala mayoritas mata uang negara-negara kawasan Asia sedang membukukan penguatan melawan dolar AS. Dibandingkan dengan yang sama-sama melemah pun, koreksi yang dialami rupiah merupakan yang paling dalam.


(NEXT)


Dolar AS dipukul mundur seiring dengan memudarnya ekspektasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun depan, sesuai dengan rencananya.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 9 Desember 2018, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun depan hanyalah sebesar 1,9% (dengan asumsi ada kenaikan sebesar 25 bps dulu pada bulan ini), anjlok dari posisi 1 bulan lalu yang sebesar 19,4%.

Justru, pelaku pasar kini meyakini bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun depan. Probabilitas FFR berada di level 2,25-2,5% pada tahun 2019 adalah sebesar 41,2%, melejit dari posisi bulan lalu yang hanya sebesar 10,7%. Sementara itu, probabilitas untuk kenaikan suku bunga acuan sebanyak 1 dan 2 kali adalah masing-masing sebesar 33,1% dan 11,2%.

Lemahnya data tenaga kerja membuat investor meragukan The Fed. Pada hari Jumat (7/12/2018), data resmi versi pemerintah AS menunjukkan bahwa pada bulan November tercipta 155.000 lapangan kerja sektor non-pertanian, di bawah konsensus yang sebesar 198.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Sementara itu, rata-rata upah per jam di AS untuk periode yang sama hanya tumbuh sebesar 0,2% MoM, lebih rendah dibandingkan proyeksi yang sebesar 0,3% MoM.

(NEXT) Tekanan bagi rupiah datang dari pergerakan harga minyak mentah dunia. Pada perdagangan hari Jumat, harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2019 menguat 1,24% ke level US$ 52,13/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman Februari 2019 menguat 2,68% ke level US$ 61,67/barel.

Kemudian pada hari ini, minyak WTI menguat 0,08%, sementara brent melejit 0,81%.

Harga minyak mentah menguat usai negara-negara eksportir minyak dunia, baik OPEC maupun non-OPEC, menyepakati pemotongan produksi sebanyak 1,2 juta barel per hari. Rinciannya adalah 15 negara OPEC sepakat memangkas produksi sebanyak 800 ribu barel per hari, sementara Rusia dan produsen minyak sekutu lainnya mengurangi produksi sebanyak 400 ribu barel per hari.

Kesepakatan itu lebih rendah dari yang awalnya direncanakan. Sebelumnya, Arab Saudi mengindikasikan ingin OPEC dan sekutunya menahan pasokan paling tidak 1,3 juta barel per hari. Namun begitu, pemotongan yang saat ini disepakati tetap saja besar.

Melesatnya harga minyak mentah memunculkan kekhawatiran bahwa defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) masih akan tertekan pada kuartal-IV 2018. Sebelumnya pada kuartal-II dan III, CAD membengkak di atas 3% dari PDB, seiring dengan besarnya defisit dagang di pos minyak dan gas.

Kala CAD tertekan, rupiah menjadi kehilangan pijakan untuk menguat. Pelaku pasar sudah mulai ‘menghukum’ rupiah sedari hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular