Data AS Tekan Obligasi Domestik dan Negara Berkembang

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
07 December 2018 21:12
Harga obligasi rupiah pemerintah kembali melemah pada penutupan pasar hari ini, Jumat (7/12/2018).
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali melemah pada penutupan pasar hari ini, Jumat (7/12/2018), seiring dengan tidak kondusifnya data perekonomian AS. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0064 bertenor 10 tahun, dengan kenaikan yield 7,9 basis poin (bps) menjadi 8,04%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri acuan lain juga terkoreksi yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun, dengan kenaikan yield sebesar 0,3 bps, 2,4 bps, dan 0,4 bps menjadi 7,97%, 8,22%, dan 8,34%. 

Koreksi terjadi bersamaan dengan tidak kondusifnya data perekonomian AS, yang potensi memburuknya sudah diantisipasi oleh pelaku pasar global dengan tekanan beli pada komoditas emas.

 
Yield Obligasi Negara Acuan 7 Dec 2018
SeriBenchmarkYield 6 Dec 2018 (%) Yield 7 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 7 Dec'18
FR0063 5 tahun7.9697.9720.307.9395
FR0064 10 tahun7.9688.0477.907.9852
FR0065 15 tahun8.1968.222.408.1508
FR0075 20 tahun8.3418.3450.408.3096
Avg movement2.75
Sumber: Refinitiv 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  

Indeks tersebut turun 0,22 poin (0,09%) menjadi 234,82 dari posisi kemarin 235.04. 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 515 bps, melebar dari posisi kemarin 500 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,88% dari posisi kemarin 2,89%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 899,94 triliun SBN, atau 37,92% dari total beredar Rp 2.372 triliun berdasarkan data per 3 Desember.  

Angka kepemilikannya masih negatif Rp 650 miliar dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi porsinya masih naik dari 37,85% pada periode yang sama. Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti penguatan yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,18% menjadi 6.126 hingga sore ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,34% menjadi Rp 14.465 di hadapan tiap dolar AS. 

Pelemahan dolar AS seiring seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,02% menjadi 96,795. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas negara masih koreksi, yaitu India, Malaysia, Filipina, Rusia, Afrika Selatan, dan Indonesia, sedangkan yang masih menguat adalah Brasil, China, Singapura, dan Thailand. 

Kontraksi di perekonomian AS membuat pelaku pasar global beralih dari negara berkembang ke instrumen yang dinilai lebih aman, yang kemungkinan terjadi pada harga emas. 

Penguatan harga emas terjadi hampir berturut-turut dan menunjukkan tren kenaikan sejak US$ 1.200 per troy ounce pada 12 November menjadi US$ 1.240 per troy ounce hari ini. 

Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar gilts Inggris dan US Treasury di Amerika Serikat, sedangkan koreksi terjadi di pasar bund Jerman, Perancis, dan Jepang.

 
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 6 Dec 2018 (%)Yield 7 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil10.1710.02-15.00
China3.3293.314-1.50
Jerman0.2480.2530.50
Perancis0.6630.6832.00
Inggris 1.2781.27-0.80
India7.4257.4664.10
Italia3.143.1480.80
Jepang0.0550.0620.70
Malaysia4.0834.0850.20
Filipina7.0727.0942.20
Rusia8.738.741.00
Singapura2.242.226-1.40
Thailand2.572.555-1.50
Turki16.716.755.00
Amerika Serikat2.8922.888-0.40
Afrika Selatan9.079.0750.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular