
The Fed Selamatkan Wall Street dari Kehancuran
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
07 December 2018 06:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks-indeks acuan Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan hari Kamis (6/12/2018) setelah beredar kabar bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve bisa saja menaikkan suku bunganya lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa bank sentral AS sedang mempertimbangkan untuk memberi sinyal akan mengambil pendekatan wait and see terkait kenaikan suku bunga dalam pertemuannya bulan ini. Laporan itu menyatakan para pejabat The Fed tidak tahu langkah mereka selanjutnya terkait bunga acuan setelah Desember, dilansir dari CNBC International.
Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 79,4 poin atau 0,32% di 24.947,67 setelah anjlok hampir 800 poin. S&P 500 melemah 0,15% menjadi 2.695,95 dan Nasdaq Composite berhasil menguat 0,4% ke posisi 7.188,26 setelah Amazon, Netflix, dan Alphabet melonjak masing-masing lebih dari 1%.
Saham-saham awalnya turun tajam karena berlanjutnya ketegangan perdagangan antara AS dan China serta kekhawatiran akan kemungkinan perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam membuat investor enggan mengambil risiko.
Kecemasan perdagangan kembali muncul setelah beredar kabar hari Rabu bahwa CFO Huawei Meng Wanzhou ditahan oleh otoritas Kanada untuk diekstradisi ke AS. Penahanan yang terjadi pada 1 Desember lalu itu memudarkan kemungkinan akan tercapainya kesepakatan perdagangan AS-China yang permanen.
Huawei adalah salah satu perusahaan pembuat ponsel terbesar di dunia yang berasal dari China.
Kabar penahanan itu berkontribusi pada gejolak yang terjadi di pasar kontrak berjangka (futures) saham AS. Ketika pasar futures dibuka, terjadi kejatuhan indeks dengan volume yang besar yang memaksa bursa untuk menghentikan sementara perdagangan.
CME Group dalam pernyataannya mengatakan "futures indeks ekuitas dan pasar option dihentikan sementara menyusul pembukaan malam ini karena volatilitas."
Kecemasan perlambatan ekonomi AS juga menekan Wall Street. Sejak Senin, telah terjadi fenomena yang disebut pembalikan kurva imbal hasil atau inverted yield di pasar obligasi AS di mana yield untuk bond bertenor tiga tahun naik melebihi surat utang berjangka waktu lima tahun.
Fenomena ini dipandang sebagai tanda-tanda resesi meskipun resesi yang sebenarnya mungkin baru akan terjadi beberapa tahun setelahnya. Banyak pelaku pasar tidak melihat kejadian itu sebagai tanda resmi resesi sampai yield obligasi bertenor dua tahun melampaui patokan 10 tahun.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
The Wall Street Journal melaporkan bahwa bank sentral AS sedang mempertimbangkan untuk memberi sinyal akan mengambil pendekatan wait and see terkait kenaikan suku bunga dalam pertemuannya bulan ini. Laporan itu menyatakan para pejabat The Fed tidak tahu langkah mereka selanjutnya terkait bunga acuan setelah Desember, dilansir dari CNBC International.
Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 79,4 poin atau 0,32% di 24.947,67 setelah anjlok hampir 800 poin. S&P 500 melemah 0,15% menjadi 2.695,95 dan Nasdaq Composite berhasil menguat 0,4% ke posisi 7.188,26 setelah Amazon, Netflix, dan Alphabet melonjak masing-masing lebih dari 1%.
Kecemasan perdagangan kembali muncul setelah beredar kabar hari Rabu bahwa CFO Huawei Meng Wanzhou ditahan oleh otoritas Kanada untuk diekstradisi ke AS. Penahanan yang terjadi pada 1 Desember lalu itu memudarkan kemungkinan akan tercapainya kesepakatan perdagangan AS-China yang permanen.
Huawei adalah salah satu perusahaan pembuat ponsel terbesar di dunia yang berasal dari China.
Kabar penahanan itu berkontribusi pada gejolak yang terjadi di pasar kontrak berjangka (futures) saham AS. Ketika pasar futures dibuka, terjadi kejatuhan indeks dengan volume yang besar yang memaksa bursa untuk menghentikan sementara perdagangan.
CME Group dalam pernyataannya mengatakan "futures indeks ekuitas dan pasar option dihentikan sementara menyusul pembukaan malam ini karena volatilitas."
Kecemasan perlambatan ekonomi AS juga menekan Wall Street. Sejak Senin, telah terjadi fenomena yang disebut pembalikan kurva imbal hasil atau inverted yield di pasar obligasi AS di mana yield untuk bond bertenor tiga tahun naik melebihi surat utang berjangka waktu lima tahun.
Fenomena ini dipandang sebagai tanda-tanda resesi meskipun resesi yang sebenarnya mungkin baru akan terjadi beberapa tahun setelahnya. Banyak pelaku pasar tidak melihat kejadian itu sebagai tanda resmi resesi sampai yield obligasi bertenor dua tahun melampaui patokan 10 tahun.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular