Gara-Gara Pasar Obligasi AS, Bursa Saham Asia Terjun Bebas

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 December 2018 18:24
Bursa saham utama kawasan Asia terjun bebas pada perdagangan hari ini.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia terjun bebas pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei anjlok 1,91%, indeks Shanghai jeblok 1,68%, indeks Hang Seng terjun 2,47%, indeks Strait Times terkoreksi 1,28%, dan indeks Kospi terpangkas 1,55%.

Pelaku pasar terus saja didorong untuk meninggalkan instrumen berisiko seperti saham seiring dengan pasar obligasi AS yang masih mengindikasikan terjadinya resesi. Hingga sore kemarin, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun membesar menjadi 3 bps.

Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun. Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir, inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.

Namun, yang benar-benar meresahkan sebenarnya bukan itu. Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.

Lantas, pergerakan spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun menjadi sangat penting untuk diamati. Pasalnya, konfirmasi datang atau tidaknya resesi bisa berasal dari situ. Ketika inversi terjadi, kemungkinan besar resesi akan datang.

Celakanya, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun terus saja menipis, walaupun angkanya masih positif (inversi belum terjadi). Per awal bulan lalu, nilainya adalah sebesar 82 bps. Per sore ini, nilainya tersisa 49 bps saja. Posisi sore ini juga menipis dibandingkan posisi per 4 Desember yang sebesar 50 bps.

Inversi di pasar obligasi AS terjadi bukan karena pelaku pasar melepas instrumen obligasi. Terhitung sejak perdagangan tanggal 4 Desember 2018, imbal hasil obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun terus membukukan penurunan. Namun, penurunan pada tenor 5 tahun jauh lebih kencang, menandakan tekanan beli yang lebih kuat pada seri tersebut.

Hubungan dagang AS-China yang kurang kondusif menjadi penyebab obligasi tenor lebih panjang diserbu investor. Masih besarnya kemungkinan perang dagang kedua negara tereskalasi menimbulkan risiko bahwa perekonomian AS bisa terkontraksi signifikan dalam waktu dekat (1-3 tahun).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular