
Analisis Teknikal Rupiah
Dolar AS Naik Tipis Saat 4 Mata Uang Kuat Dalam Tren Naik
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
06 December 2018 21:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi global dan regional nampak kurang kondusif mendukung penguatan mata uang kuat dunia. Hal ini dicerminkan oleh Indeks dolar (dollar index spot/DXY) yang menguat secara terbatas pagi tadi hingga menyentuh level 97, Kamis (6/12/2018).
Meski DXY kembali menguat terbatas, ternyata dalam jangka pendek, mata uang kuat dunia masih cenderung menguat dalam jangka pendek.
Investor global nampak melepas mata uang selain dolar seiring dengan potensi resesi akibat gejolak pada pasar obligasi AS. Pada perdagangan hari ini, yield obligasi tenor 2 (2,770%) dan 3 tahun (2,813%) masih lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun (2,753%).
Terhitung sejak perdagangan tanggal 4 Desember 2018, imbal hasil obligasi AS tenor 2,3, dan 5 tahun terus membukukan penurunan.
Namun demikian, penurunan pada tenor 5 tahun jauh lebih kencang, menandakan tekanan beli yang lebih kuat pada seri tersebut.
Keputusan pelaku pasar untuk memburu obligasi tenor 5 tahun mungkin ada hubungannya dengan hubungan dagang AS-China yang saat ini penuh dengan ketidakpastian.
Seiring berjalannya waktu, terungkap bahwa ternyata pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Xi Jingping di Buenos Aires pada akhir pekan lalu menyisakan lebih banyak pertanyaan dari pada jawaban.
Masing-masing negara memiliki pernyataan versinya sendiri yang menempatnya dirinya sebagai 'pemenang' dalam perundingan di sela-sela KTT G-20. Seperti dilansir dari Washington Post yang mengutip publikasi dari Bloomberg, pernyataan resmi dari masing-masing negara menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Dengan ketidakpastian besar terkait dengan hubungan dagang AS-China, obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun ke depan menjadi lebih menarik. Pasalnya, dalam jangka waktu dekat (1-3 tahun) bisa terjadi kontraksi yang signifikan dalam perekonomian AS.
Tim Riset CNBC Indonesia melakukan analisis secara teknikal terhadap empat mata uang utama yang menghuni DXY tersebut.
Euro - Dolar AS
Hingga berita ini dimuat, Euro terhadap dolar AS menguat 0,19% di level 1.136. Berdasarkan analisa grafik, dalam jangka pendek posisi euro cenderung menguat terhadap dolar AS.
Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya lima hari (moving average/MA5). Ruang kenaikannya juga masih ada, hal ini ditunjukan oleh indikator stochastic slow yang belum menyentuh wilayah jenuh beli (overbought).
Euro terhadap dolar AS berpotensi menguat ke level 1.137 - 1.139 dalam jangka pendek.
Dolar AS - Yen
Yen Jepang saat ini menguat 0,4% di level 112.73. Berdasarkan analisa grafik, dalam jangka pendek posisi Yen cenderung menguat terhadap dolar AS.
Hal ini terlihat dari posisi dolar AS yang bergerak di bawah garis rerata harganya lima hari (moving average/MA5).Ruang kenaikannya juga masih ada, hal ini ditunjukan oleh indikator stochastic slow yang belum menyentuh wilayah jenuh beli (overbought).
Penguatan Yen Jepang terhadap dolar AS berpotensi menuju level 112,7 - 112.25 dalam jangka pendek.
Pound Sterling - Dolar AS
Saat ini Pound Sterling menguat 0,33% di level 1.136. Berdasarkan analisa grafik, dalam jangka pendek posisi Pounds cenderung menguat terhadap dolar AS.
Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya lima hari (moving average/MA5). Ruang kenaikannya juga masih ada, hal ini ditunjukan oleh indikator stochastic slow yang belum menyentuh wilayah jenuh beli (overbought).
Penguatan pound inggris terhadap dolar AS berpotensi menuju level 1,277 - 1.281 dalam jangka pendek.
Dolar AS - Dolar Kanada
Saat ini Dolar Kanada melemah 0,5% di level 1.342. Berdasarkan analisa grafik, dalam jangka pendek posisi dolar kanada cenderung melemah terhadap dolar AS.
Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya lima hari (moving average/MA5). Ruang kenaikannya cukup lebar, hal ini ditunjukan oleh indikator stochastic slow yang sudah menyentuh wilayah jenuh belinya (overbought).
Pelemahan dolar kanada terhadap dolar AS berpotensi menuju level 1,350 - 1,357 dalam jangka pendek.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Damai Dagang Bikin Dolar Kalah Lawan Mata Uang Utama
Meski DXY kembali menguat terbatas, ternyata dalam jangka pendek, mata uang kuat dunia masih cenderung menguat dalam jangka pendek.
Investor global nampak melepas mata uang selain dolar seiring dengan potensi resesi akibat gejolak pada pasar obligasi AS. Pada perdagangan hari ini, yield obligasi tenor 2 (2,770%) dan 3 tahun (2,813%) masih lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun (2,753%).
Namun demikian, penurunan pada tenor 5 tahun jauh lebih kencang, menandakan tekanan beli yang lebih kuat pada seri tersebut.
Keputusan pelaku pasar untuk memburu obligasi tenor 5 tahun mungkin ada hubungannya dengan hubungan dagang AS-China yang saat ini penuh dengan ketidakpastian.
Seiring berjalannya waktu, terungkap bahwa ternyata pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Xi Jingping di Buenos Aires pada akhir pekan lalu menyisakan lebih banyak pertanyaan dari pada jawaban.
Masing-masing negara memiliki pernyataan versinya sendiri yang menempatnya dirinya sebagai 'pemenang' dalam perundingan di sela-sela KTT G-20. Seperti dilansir dari Washington Post yang mengutip publikasi dari Bloomberg, pernyataan resmi dari masing-masing negara menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Dengan ketidakpastian besar terkait dengan hubungan dagang AS-China, obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun ke depan menjadi lebih menarik. Pasalnya, dalam jangka waktu dekat (1-3 tahun) bisa terjadi kontraksi yang signifikan dalam perekonomian AS.
Tim Riset CNBC Indonesia melakukan analisis secara teknikal terhadap empat mata uang utama yang menghuni DXY tersebut.
![]() |
![]() |
Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya lima hari (moving average/MA5). Ruang kenaikannya juga masih ada, hal ini ditunjukan oleh indikator stochastic slow yang belum menyentuh wilayah jenuh beli (overbought).
Euro terhadap dolar AS berpotensi menguat ke level 1.137 - 1.139 dalam jangka pendek.
Dolar AS - Yen
![]() |
Hal ini terlihat dari posisi dolar AS yang bergerak di bawah garis rerata harganya lima hari (moving average/MA5).Ruang kenaikannya juga masih ada, hal ini ditunjukan oleh indikator stochastic slow yang belum menyentuh wilayah jenuh beli (overbought).
Penguatan Yen Jepang terhadap dolar AS berpotensi menuju level 112,7 - 112.25 dalam jangka pendek.
Pound Sterling - Dolar AS
![]() |
Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya lima hari (moving average/MA5). Ruang kenaikannya juga masih ada, hal ini ditunjukan oleh indikator stochastic slow yang belum menyentuh wilayah jenuh beli (overbought).
Penguatan pound inggris terhadap dolar AS berpotensi menuju level 1,277 - 1.281 dalam jangka pendek.
Dolar AS - Dolar Kanada
![]() |
Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya lima hari (moving average/MA5). Ruang kenaikannya cukup lebar, hal ini ditunjukan oleh indikator stochastic slow yang sudah menyentuh wilayah jenuh belinya (overbought).
Pelemahan dolar kanada terhadap dolar AS berpotensi menuju level 1,350 - 1,357 dalam jangka pendek.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Damai Dagang Bikin Dolar Kalah Lawan Mata Uang Utama
Most Popular