Meski Koreksi, IHSG Jadi yang Terbaik di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 December 2018 12:02
Meski Koreksi, IHSG Jadi yang Terbaik di Asia
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual belum mau meninggalkan bursa saham tanah air. Hingga pukul 10:55 WIB, IHSG melemah 0,45% ke level 6.105,74. Namun, posisi ini lebih baik dibandingkan posisi pada saat pembukaan perdagangan yakni pelemahan sebesar 0,62% ke level 6.095,01.

IHSG memang masih melemah, tapi pelemahannya tak separah dengan yang dialami oleh negara-negara tetangga. IHSG menjadi indeks saham dengan performa terbaik di kawasan Asia.



Apa yang terjadi dengan IHSG?
Sebelum masuk kesitu, perlu diketahui bahwa anjloknya bursa saham regional dipicu oleh indikasi resesi yang muncul di negara dengan perekonomian terbesar dunia yakni Amerika Serikat (AS).

Indikasi tersebut datang seiring dengan imbal hasil (yield) obligasi jangka pendek yang lebih tinggi dari tenor yang lebih panjang.

Pada penutupan perdagangan hari Selasa (4/12/2018), yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun berada di level 2,811% dan tenor 3 tahun berada di level 2,819%, lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun yang sebesar 2,799%.

Pada perdagangan kemarin, pelaku pasar bisa bernafas lega lantaran bursa obligasi AS diliburkan guna menghormati pemakaman mantan Presiden AS George HW Bush yang meninggal beberapa hari yang lalu.

Sayangnya pada hari ini, risiko resesi masih kental terasa. Pada perdagangan hari ini, yield obligasi tenor 2 (2,7967%) dan 3 tahun (2,8133%) masih lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun (2,7803%).

Fenomena yang disebut sebagai yield curve inversion ini memang merupakan sesuatu yang amat penting. Pasalnya, hal yang kini terjadi pada pasar obligasi AS mendahului 3 resesi terakhir yang dialaminya (1990, 2001, dan 2007). Ada 3 sektor yang menjaga laju IHSG yakni infrastruktur, utilitas & transportasi (+0,09%), pertambangan (+0,24%), dan industri dasar & kimia (+0,28%).

Penguatan sektor infrastruktur, utilitas & transportasi paling banyak disumbang oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) yang membukukan kenaikan sebesar 0,97%. Kabar teranyar mengenai PGAS adalah perusahaan menyampaikan bahwa penyelesaian akuisisi Pertagas akan dilaksanakan paling lambat 31 Desember 2018.

Melalui keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perusahaan, Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama menjelaskan bahwa pada 27 September 2018, para pihak telah menandatangani Berita Acara Pemenuhan Persyaratan Pendahuluan, serta menyepakati penyelesaian akan dilakukan paling lambat 31 Desember 2018.

Selain itu, menindaklanjuti Berita Acara Pemenuhan Persyaratan Pendahuluan, PGN dan Pertamina telah menandatangani Berita Acara Perjanjian Perubahan Struktur Transaksi pada 30 November 2018, dan menyepakati pengambilalihan secara keseluruhan Pertagas, termasuk kepemilikannya di Pertagas Niaga, Pertag-Samtan Gas, Perta Arun Gas, Perta Daya Gas, dan Perta Kalimantan Gas.

"PGN dan Pertamina sepakat akan menandatangani amandemen dan pernyataan kembali perjanijan yang ditargetkan akan dilakukan paling lambat 31 Desember 2018," ujar Rachmat, Selasa (4/12/2018).

Selama ini, akuisisi Pertagas memang digadang-gadang bisa mendongkrak kinerja keuangan PGAS yang sudah tertekan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan adanya kejelasan mengenai proses akuisisi tersebut, pelaku pasar memiliki kepercayaan diri untuk mengoleksi saham PGAS.

Kemudian, penguatan sektor pertambangan disumbang oleh saham-saham emiten batu bara: PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 1,52%, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 1,33%, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 1,17%, dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) naik 0,99%.

Walaupun harga batu bara Newcastle kontrak acuan kemarin (5/12/2018) melemah tipis sebesar 0,19% ke level US$ 102,65/Metrik Ton (MT), sebelumnya harga sudah menguat selama 3 hari berturut-turut.

Untuk sektor industri dasar & kimia, penguatan dipimpin oleh saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang naik hingga 1,47%. Transaksi pada saham CPIN berlangsung cukup ramai dengan volume sebanyak 3 juta unit. Volume ini sudah setara dengan 43% dari rata-rata volume transaksi harian yang sebanyak 6,98 juta unit.

Pada 9 bulan pertama tahun ini, perusahaan membukukan kenaikan penjualan sebesar 5,08% YoY menjadi Rp 39,4 triliun. Sementara itu, laba bersih periode yang sama meroket 79,5% YoY menjadi Rp 3,47 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular