Gara-gara Trump dan OPEC, Harga Minyak Amblas 2%!

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
05 December 2018 12:01
Masih Ada Risiko Dari Pertemuan OPEC, Harga Minyak Makin Sengsara
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger
Harga minyak juga tertekan oleh memudarnya keyakinan investor bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitra produsen non-OPEC akan mengambil kebijakan pemangkasan produksi dalam pertemuan tahunan OPEC di Austria pekan ini.

Sebelumnya, pelaku pasar berekspektasi bahwa OPEC dan mitra produsen non-OPEC (termasuk Rusia) akan merealisasikan pemangkasan sebesar 1-1,4 juta barel/hari, dibandingkan dengan level di bulan Oktober.

“Kita berekspektasi OPEC setuju untuk memangkas produksi di Vienna pada Kamis mendatang. Pemangkasan produksi OPEC dan Rusia sebesar 1,3 juta barel/hari akan diperlukan untuk membalik peningkatan cadangan yang besar secara counter-seasonally,” tulis Bank AS Goldman Sachs pada risetnya.

Meski demikian, kini justru muncul risiko bahwa pemangkasan produksi tidak jadi dieksekusi. Tiga orang sumber dari OPEC dan satu orang sumber dari produsen non-OPEC, meyatakan bahwa pertemuan OPEC mendatang akan terjadi dengan situasi yang sulit, seperti dikutip dari Reuters.

Pasalnya, Rusia belum sepakat akan jumlah pemotongan produksi yang diminta oleh OPEC. Sumber dari Rusia mengindikasikan Negeri Beruang Merah hanya akan berkontribusi pengurangan 140.000 barel/hari, sementara OPEC meminta Moskow memangkas 250.000-300.000 barel/hari.

Menteri Energi Saudi Khalid Al-Falih bahkan mengonfirmasi kondisi sulit tersebut. Al-Falih menyatakan terlalu cepat untuk yakin bahwa OPEC dan eksportir lainnya akan memangkas produksi, karena beberapa kondisi masih belum terpecahkan, seperti dilansir dari Reuters.

Hal ini lantas membuat investor berpikir bahwa masih ada risiko deadlock dari kesepakatan OPEC dan mitra produsen non-OPEC dalam pemangkasan produksi. Artinya, membanjirnya pasokan di pasar tidak akan mampu termitigasi.

Teranyar, American Petroleum Institute menyatakab bahwa cadangan minyak mentah AS meningkat 5,4 juta barel ke angka 448 juta barel, di sepanjang pekan lalu. Adapun data resmi dari pemerintah AS akan dirilis pada besok malam waktu Indonesia.

 (TIM RISET CNBC INDONESIA)       (RHG/gus)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular