
Bursa Saham Regional Kena Profit Taking, IHSG Tetap Menghijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 December 2018 12:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat tipis 0,01%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memperlebar penguatannya menjadi 0,26% ke level 6.134,4 pada akhir sesi 1.
IHSG menguat kala bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan melemah: indeks Nikkei turun 1,67%, indeks Hang Seng turun 0,26%, indeks Strait Times turun 0,91%, dan indeks Kospi turun 0,95%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,09 triliun dengan volume sebanyak 8,26 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 270.419 kali.
Bursa saham regional terkena aksi ambil untung. Pasalnya pada perdagangan kemarin (3/12/2018), penguatan yang dibukukan sangatlah signifikan: indeks Nikkei naik 1%, indeks Hang Seng melesat 2,55%, indeks Strait Times menguat 2,34%, dan indeks Kospi melejit 1,67%.
Sejatinya, sentimen pada hari ini cukup kondusif bagi investor untuk terus melakukan aksi beli di pasar saham Asia, seiring dengan hubungan AS-China yang kian mesra. Mengutip Reuters, China bersedia meningkatkan impor produk-produk asal AS senilai US$ 1,2 triliun. Tidak hanya itu, China (seperti yang sudah disebutkan oleh Presiden AS Donald Trump sebelumnya) juga akan menghapus bea masuk untuk impor mobil dan hambatan non-tarif.
"Kami ingin tarif bea masuk (otomotif) turun ke 0%. Saya bisa katakan bahwa Presiden Xi tidak pernah begitu terlibat, dan kata yang mereka sebutkan adalah 'secepatnya'," tegas Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, dikutip dari Reuters.
Washington pun semakin optimistis bahwa China mampu lebih membuka perekonomian mereka. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa Presiden China Xi Jinping menunjukkan komitmen tersebut kala berbincang dengan Trump di Buenos Aires.
"Sepertinya ini adalah kali pertama kami merasakan adanya komitmen. Tampaknya ini akan menjadi kesepakatan yang sesungguhnya," ujar Mnuchin, mengutip Reuters.
Lebih lanjut, rilis data ekonomi di kawasan Asia juga mendukung bagi investor untuk melakukan aksi beli. Kemarin, angka final untuk Nikkei Manufacturing PMI Jepang periode November 2018 diumumkan di level 52,2, mengalahkan konsensus yang sebesar 51,8, seperti dilansir dari Trading Economics.
Kemudian, Caixin Manufacturing PMI China periode November 2018 diumumkan sebesar 50,2, lebih tinggi ketimbang konsensus yang dihimpun Reuters yang sebesar 50.
Namun ya itu tadi, kenaikan yang sudah sangat signifikan pada perdagangan kemarin mendorong pelaku pasar untuk melakukan aksi ambil untung.
IHSG menguat kala bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan melemah: indeks Nikkei turun 1,67%, indeks Hang Seng turun 0,26%, indeks Strait Times turun 0,91%, dan indeks Kospi turun 0,95%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,09 triliun dengan volume sebanyak 8,26 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 270.419 kali.
Sejatinya, sentimen pada hari ini cukup kondusif bagi investor untuk terus melakukan aksi beli di pasar saham Asia, seiring dengan hubungan AS-China yang kian mesra. Mengutip Reuters, China bersedia meningkatkan impor produk-produk asal AS senilai US$ 1,2 triliun. Tidak hanya itu, China (seperti yang sudah disebutkan oleh Presiden AS Donald Trump sebelumnya) juga akan menghapus bea masuk untuk impor mobil dan hambatan non-tarif.
"Kami ingin tarif bea masuk (otomotif) turun ke 0%. Saya bisa katakan bahwa Presiden Xi tidak pernah begitu terlibat, dan kata yang mereka sebutkan adalah 'secepatnya'," tegas Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, dikutip dari Reuters.
Washington pun semakin optimistis bahwa China mampu lebih membuka perekonomian mereka. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa Presiden China Xi Jinping menunjukkan komitmen tersebut kala berbincang dengan Trump di Buenos Aires.
"Sepertinya ini adalah kali pertama kami merasakan adanya komitmen. Tampaknya ini akan menjadi kesepakatan yang sesungguhnya," ujar Mnuchin, mengutip Reuters.
Lebih lanjut, rilis data ekonomi di kawasan Asia juga mendukung bagi investor untuk melakukan aksi beli. Kemarin, angka final untuk Nikkei Manufacturing PMI Jepang periode November 2018 diumumkan di level 52,2, mengalahkan konsensus yang sebesar 51,8, seperti dilansir dari Trading Economics.
Kemudian, Caixin Manufacturing PMI China periode November 2018 diumumkan sebesar 50,2, lebih tinggi ketimbang konsensus yang dihimpun Reuters yang sebesar 50.
Namun ya itu tadi, kenaikan yang sudah sangat signifikan pada perdagangan kemarin mendorong pelaku pasar untuk melakukan aksi ambil untung.
Next Page
Belum Naik Terlalu Tinggi
Pages
Most Popular