
Clean Sheet 3 Hari di Kurs Acuan, Rupiah Akhirnya Kebobolan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 December 2018 10:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan berbalik melemah. Pelemahan ini memutus clean sheet rupiah yang terjadi selama 3 hari perdagangan beruntun.
Pada Selasa (4/12/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor dibanderol Rp 14.293. Rupiah melemah 0,29% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Dalam 3 hari perdagangan sebelumnya, rupiah terus menguat. Selama periode tersebut, rupiah menguat 1,08%. Cukup impresif.
Sejak 1 November hingga kemarin, rupiah sudah menguat 6,2% di hadapan dolar AS. Namun sejak awal tahun, rupiah masih melemah 5,24%.
Seperti di kurs acuan, rupiah juga sulit menandingi dolar AS di pasar spot. Pada pukul 10:16 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.285 di mana rupiah melemah 0,35%.
Sejak pembukaan pasar, rupiah tidak pernah menguat. Bahkan dolar AS sempat menyentuh level Rp 14.300.
Sementara mata uang utama Asia bergerak variatif di hadapan dolar AS. Selain rupiah, mata uang yang melemah adalah rupee India, won Korea Selatan, peso Filipina, dan dolar Taiwan. Sedangkan yuan China, yen Jepang, ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan baht Thailand masih mampu bertahan di zona hijau.
Depresiasi 0,46% membuat rupiah harus puas berada di posisi kedua terbawah di Asia. Mata uang terlemah di Benua Kuning adalah rupee. Namun perlu dicatat bahwa pasar keuangan Negeri Bollywood belum dibuka sehingga masih mencerminkan posisi kemarin.
Apakah nantinya rupee melemah lebih dalam ketimbang rupiah? Atau rupee malah bernasib lebih baik sehingga rupiah turun ke dasar klasemen? Menarik untuk disimak.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:17 WIB:
Namun sepertinya aksi ambil untung menghinggapi rupiah dan sejumlah mata uang Asia. Sejak 30 Oktober sampai kemarin, rupiah sudah menguat 6,48%. Sementara rupee menguat 4,39%, won menguat 2,65%, peso menguat 2,04%, dan dolar Taiwan menguat 0,89%.
Bagi sebagian investor, angka-angka itu mungkin cukup menggiurkan sehingga memancing aksi ambil untung (profit taking). Tekanan jual membuat berbagai mata uang tersebut melemah.
Selain itu, sebagian pelaku pasar mungkin sudah move on dari damai dagang AS-China dan mulai meneropong rapat The Federal Reserve/The Fed pada 19 Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) dalam rapat tersebut adalah 83,5%. Naik dibandingkan posisi seminggu lalu yaitu 79,2%.
Artinya, Jerome 'Jay' Powell dan kolega hampir pasti akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan untuk kali keempat sepanjang 2018 dalam rapat 3 pekan lagi. Sentimen ini menjadi angin segar bagi dolar AS.
Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengatrol imbalan investasi di AS, terutama untuk instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Demi cuan, investor akan memborong obligasi AS sehingga permintaan terhadap greenback bakal meningkat. Kala permintaan meningkat, maka nilai dolar AS pun semakin mahal alias menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Selasa (4/12/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor dibanderol Rp 14.293. Rupiah melemah 0,29% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Dalam 3 hari perdagangan sebelumnya, rupiah terus menguat. Selama periode tersebut, rupiah menguat 1,08%. Cukup impresif.
Seperti di kurs acuan, rupiah juga sulit menandingi dolar AS di pasar spot. Pada pukul 10:16 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.285 di mana rupiah melemah 0,35%.
Sejak pembukaan pasar, rupiah tidak pernah menguat. Bahkan dolar AS sempat menyentuh level Rp 14.300.
Sementara mata uang utama Asia bergerak variatif di hadapan dolar AS. Selain rupiah, mata uang yang melemah adalah rupee India, won Korea Selatan, peso Filipina, dan dolar Taiwan. Sedangkan yuan China, yen Jepang, ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan baht Thailand masih mampu bertahan di zona hijau.
Depresiasi 0,46% membuat rupiah harus puas berada di posisi kedua terbawah di Asia. Mata uang terlemah di Benua Kuning adalah rupee. Namun perlu dicatat bahwa pasar keuangan Negeri Bollywood belum dibuka sehingga masih mencerminkan posisi kemarin.
Apakah nantinya rupee melemah lebih dalam ketimbang rupiah? Atau rupee malah bernasib lebih baik sehingga rupiah turun ke dasar klasemen? Menarik untuk disimak.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:17 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sejatinya dolar AS masih melemah di level global. Pada pukul 10:20 WIB, Dolar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,21%. Indeks ini tidak pernah menguat sejak kemarin. Namun sepertinya aksi ambil untung menghinggapi rupiah dan sejumlah mata uang Asia. Sejak 30 Oktober sampai kemarin, rupiah sudah menguat 6,48%. Sementara rupee menguat 4,39%, won menguat 2,65%, peso menguat 2,04%, dan dolar Taiwan menguat 0,89%.
Bagi sebagian investor, angka-angka itu mungkin cukup menggiurkan sehingga memancing aksi ambil untung (profit taking). Tekanan jual membuat berbagai mata uang tersebut melemah.
Selain itu, sebagian pelaku pasar mungkin sudah move on dari damai dagang AS-China dan mulai meneropong rapat The Federal Reserve/The Fed pada 19 Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) dalam rapat tersebut adalah 83,5%. Naik dibandingkan posisi seminggu lalu yaitu 79,2%.
Artinya, Jerome 'Jay' Powell dan kolega hampir pasti akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan untuk kali keempat sepanjang 2018 dalam rapat 3 pekan lagi. Sentimen ini menjadi angin segar bagi dolar AS.
Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengatrol imbalan investasi di AS, terutama untuk instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Demi cuan, investor akan memborong obligasi AS sehingga permintaan terhadap greenback bakal meningkat. Kala permintaan meningkat, maka nilai dolar AS pun semakin mahal alias menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular