
Simak Sentimen Penggerak IHSG di Awal Desember
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
02 December 2018 20:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun mengalami koreksi pada perdagangan terakhir, pada pekan lalu secara mingguan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatatkan pertumbuhan 0,83% ke level 6.056.
Selama lima hari ke depan, indeks bursa saham nasional berpeluang menguat mengikuti arah sentimen global dan nasional.
Berikut ini beberapa sentimen utama yang bakal menggerakkan pasar saham nasional yang dikompilasikan Tim Riset CNBC Indonesia.
Sentimen pertama, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping mencapai kesepakatan positif saat makan malam di Buenos Aires, usai pertemuan G-20 di Argentina pada Sabtu (1/12/2018).
Terciptanya damai dagang berpotensi menggairahkan pasar bursa Asia dan merembet ke Indonesia. Seperti diketahui, perseteruan dua negara yang memiliki ekonomi terbesar di dunia tersebut berdampak kepada perlambatan ekonomi hampir di seluruh dunia.
Sentimen kedua, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi November, Senin (3/11/2018). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-to-month/MtM) di 0,19%. Sementara inflasi tahunan (year-on-year) di 3,15% dan inflasi inti YoY 2,97%.
Angka itu melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Situasi global yang kondusif membantu meredam gejolak inflasi domestik.
Selanjutnya masih dari dalam negeri, yakni sentimen ketiga, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Kamis (6/12/2018). Trading Economics memperkirakan kenaikan indeks tersebut sebanyak 3 poin.
Sentimen Terakhir dari dalam negeri, yakni sentimen keempat, kembali dari Bank Indonesia yang akan mengumumkan data cadangan devisa (foreign exchange reserves), Jumat (7/11/2018). Trading Economics memperkirakan kenaikan indeks tersebut sebanyak US$1,5 miliar.
Sentimen selanjutnya datang dari Amerika Serikat (AS), yaitu sentimen kelima, di mana lembaga riset ekonomi terkemuka ISM akan merilis data Manufacturing PMI untuk negara tersebut, Senin (3/11/2018). Trading Economics memperkirakan akan ada sedikit penurunan.
Masih dari AS yaitu rilis data neraca perdagangan menjadi sentimen keenam. Trading Economics memperkirakan defisit neraca perdagangan AS akan melebar dari -$54 miliar menjadi -$55,4 miliar.
Sentimen terakhir atau ketujuh, AS akan merilis data non fram payrolls untuk bulan November. Trading Economics memperkirakan akan terjadi penurunan dari nilai bulan lalu di angka 250.000 menjadi 189.000.
[Gambas:Video CNBC]
TIM RISET CNCB INDONESIA
(yam/ray) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Selama lima hari ke depan, indeks bursa saham nasional berpeluang menguat mengikuti arah sentimen global dan nasional.
Berikut ini beberapa sentimen utama yang bakal menggerakkan pasar saham nasional yang dikompilasikan Tim Riset CNBC Indonesia.
Sentimen pertama, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping mencapai kesepakatan positif saat makan malam di Buenos Aires, usai pertemuan G-20 di Argentina pada Sabtu (1/12/2018).
Sentimen kedua, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi November, Senin (3/11/2018). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-to-month/MtM) di 0,19%. Sementara inflasi tahunan (year-on-year) di 3,15% dan inflasi inti YoY 2,97%.
Angka itu melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Situasi global yang kondusif membantu meredam gejolak inflasi domestik.
Selanjutnya masih dari dalam negeri, yakni sentimen ketiga, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Kamis (6/12/2018). Trading Economics memperkirakan kenaikan indeks tersebut sebanyak 3 poin.
Sentimen Terakhir dari dalam negeri, yakni sentimen keempat, kembali dari Bank Indonesia yang akan mengumumkan data cadangan devisa (foreign exchange reserves), Jumat (7/11/2018). Trading Economics memperkirakan kenaikan indeks tersebut sebanyak US$1,5 miliar.
Sentimen selanjutnya datang dari Amerika Serikat (AS), yaitu sentimen kelima, di mana lembaga riset ekonomi terkemuka ISM akan merilis data Manufacturing PMI untuk negara tersebut, Senin (3/11/2018). Trading Economics memperkirakan akan ada sedikit penurunan.
Masih dari AS yaitu rilis data neraca perdagangan menjadi sentimen keenam. Trading Economics memperkirakan defisit neraca perdagangan AS akan melebar dari -$54 miliar menjadi -$55,4 miliar.
Sentimen terakhir atau ketujuh, AS akan merilis data non fram payrolls untuk bulan November. Trading Economics memperkirakan akan terjadi penurunan dari nilai bulan lalu di angka 250.000 menjadi 189.000.
[Gambas:Video CNBC]
TIM RISET CNCB INDONESIA
(yam/ray) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular