
Terus Dilepas Investor, Harga Saham ISAT Terendah Sejak 2003
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 November 2018 14:50

Sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, perusahaan membukukan rugi sebesar Rp 1,54 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan masih membukukan laba bersih senilai Rp 1,09 triliun.
Rapor merah perusahaan tak lepas dari tekanan pada pos penjualan. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan perusahaan anjlok 25,7% YoY menjadi Rp 16,8 triliun, dari yang sebelumnya Rp 22,6 triliun.
Kebijakan pemerintah yang mewajibkan registrasi kartu prabayar nampak sangat memukul penjualan ISAT, seiring dengan berkurangnya konsumsi data (internet) pelanggan. Pasalnya, dulu operator (termasuk Indosat) beramai-ramai menawarkan paket internet murah yang dapat dinikmati dengan cara membeli nomor prabayar baru.
Walaupun sejatinya strategi ini diperuntukan untuk menggaet pengguna baru, nyatanya tak sedikit pula pengguna lama yang menggunakan trik ‘gonta-ganti nomor’ guna menikmati layanan internet murah. Terlebih, kebanyakan smartphone saat ini sudah mendukung fitur dual-sim card.
Dengan berlakunya kebijakan tersebut, pelanggan dipersulit untuk melakukan hal ini sehingga penjualan ISAT pun tertekan.
Sebelumnya, kajian yang kami lakukan memang menunjukkan bahwa ISAT sangat rentan terhadap kebijakan registrasi kartu prabayar. Hal ini terjadi seiring dengan besarnya porsi pelanggan prabayar dari total pelanggan perusahaan.
Per akhir kuartal-III 2017, ISAT mencatatkan 97 juta total pelanggan, dengan 95,8 juta (98,8%) diantaranya merupakan pelanggan prabayar. Sementara untuk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL), porsi pelanggan prabayar masing-masing adalah sebesar 97,6% dan 98,7%. Data untuk TLKM dan EXCL adalah untuk keseluruhan tahun 2017.
Lebih lanjut, besarnya porsi data terhadap keseluruhan pendapatan perusahaan juga membuat ISAT sangat dirugikan oleh kebijakan registrasi kartu prabayar. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu, ISAT membukukan pendapatan senilai Rp 22,6 triliun, di mana 46,5% atau setara dengan Rp 10,5 triliun disumbang oleh penjualan data.
(ank/roy)
Rapor merah perusahaan tak lepas dari tekanan pada pos penjualan. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan perusahaan anjlok 25,7% YoY menjadi Rp 16,8 triliun, dari yang sebelumnya Rp 22,6 triliun.
Kebijakan pemerintah yang mewajibkan registrasi kartu prabayar nampak sangat memukul penjualan ISAT, seiring dengan berkurangnya konsumsi data (internet) pelanggan. Pasalnya, dulu operator (termasuk Indosat) beramai-ramai menawarkan paket internet murah yang dapat dinikmati dengan cara membeli nomor prabayar baru.
Dengan berlakunya kebijakan tersebut, pelanggan dipersulit untuk melakukan hal ini sehingga penjualan ISAT pun tertekan.
Sebelumnya, kajian yang kami lakukan memang menunjukkan bahwa ISAT sangat rentan terhadap kebijakan registrasi kartu prabayar. Hal ini terjadi seiring dengan besarnya porsi pelanggan prabayar dari total pelanggan perusahaan.
Per akhir kuartal-III 2017, ISAT mencatatkan 97 juta total pelanggan, dengan 95,8 juta (98,8%) diantaranya merupakan pelanggan prabayar. Sementara untuk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL), porsi pelanggan prabayar masing-masing adalah sebesar 97,6% dan 98,7%. Data untuk TLKM dan EXCL adalah untuk keseluruhan tahun 2017.
Lebih lanjut, besarnya porsi data terhadap keseluruhan pendapatan perusahaan juga membuat ISAT sangat dirugikan oleh kebijakan registrasi kartu prabayar. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu, ISAT membukukan pendapatan senilai Rp 22,6 triliun, di mana 46,5% atau setara dengan Rp 10,5 triliun disumbang oleh penjualan data.
(ank/roy)
Pages
Most Popular